Hama Wereng Menyerang 63 Ribu Hektare Sawah di Jawa
Kementerian Pertanian mewaspadai serangan hama wereng batang cokelat pada sawah di Pulau Jawa akibat kemarau basah. Dari 63.075 hektare sawah yang terserang hama, sekitar 20.152 hektare atau 31,94% di antaranya mengalami gagal panen.
Hanya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan bahwa hal itu tak perlu dibesar-besarkan. Sebab, menurut Amran, jumlah sawah yang gagal panen terbilang kecil dibandingkan keseluruhan lahan yang ditanami padi di Jawa.
"Beritanya cukup besar. Kenyataan di lapangan, kami sudah data ada 63 ribu hektare sawah padi. Itu (yang gagal panen) 0,42% sedangkan ambang batasnya 5%," kata Amran di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (9/4).
(Baca juga: Harga Pangan dan Transportasi Turun, Agustus Deflasi 0,07%)
Dia menjelaskan, penyebab utama serangan hama wereng adalah terjadinya kemarau basah pada bulan April hingga Juni 2017. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura mencatat, curah hujan bulanan lebih dari 200 milimeter dan kelembaban udara di atas 90% menjadi pemicu perkembangan hama wereng.
Sehingga, menurut Amran, bantuan benih padi varietas antihama seperti lnpari 31 dan 33 sebanyak 500 ton bakal ditambah dari Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian untuk menggantikan varietas yang rentan terhadap wereng.
Kementerian Pertanian juga telah meluncurkan dua varietas baru padi Green Super Rice (GSR), yakni Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari 43 Agritan GSR. Varietas padi GSR mampu berproduksi tinggi, sanggup bertahan saat kekeringan dan kebanjiran, serta tahan terhadap hama.
Selain masalah hama, ada juga kekeringan yang juga menjadi hambatan pertanian. Data Kementerian Pertanian, ada 56.334 hektare terkena kekeringan yang mengakibatkan gagal panen seluas 18.516 hektare.
(Baca juga: Konsumsi Masyarakat Tertahan, Laju Ekonomi Diprediksi Maksimal 5,05%)
Terkait dengan kekeringan, Amran menyebut ada lima poin penanggulangan, yaitu pengerukan saluran untuk melokalisasi air untuk dipompa, pemanfaatan pompa dari embung kecil, pengembangan padi rawa lebak, pengembangan fero semen di lahan rawa lebak, dan pembuatan tempat penyimpanan air yang berukuran besar.
Di pihak lain, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi menjelaskan harga gabah mulai naik karena serangan hama wereng yang mengganggu panen di beberapa daerah.
Ia menyebut harga gabah di Karawang mencapai Rp 5.500 per kilogram. Padahal, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) per kilogram untuk gabah kering giling hanya sebesar Rp 4.600 dan gabah kering panen seharga Rp 3.700. "Berkurangnya produksi gabah membuat harga beras pelan-pelan naik," kata Arief.