Frugal Living, Gaya Hidup Hemat yang Berbeda dengan Pelit atau Miskin
Frugal living, istilah terkait manajemen keuangan yang tengah belakangan populer dibicarakan dan diterapkan oleh banyak orang. Konsep ini merujuk pada gaya hidup hemat dan masuk akal untuk membantu mencapai tujuan keuangan di masa depan.
Beberapa orang yang merasa berhasil menerapkan konsep hidup frugal living berlomba-lomba membagikan kisah mereka di media sosial. Ada yang menghemat pengeluaran untuk makan dan mencari kerja sampingan dan berhasil membeli rumah.
Ada juga yang “terpaksa” hidup frugal karena terkena pemutusan hubungan kerja dan akhirnya memangkas pengeluaran makan sebulan menjadi Rp200 ribu saja. Si pencerita mengaku harus berpuasa guna mencapai target pengeluaran minimal tersebut.
Lalu apa sebenarnya arti frugal living? Apakah sama artinya dengan hemat karena tak punya uang? Bagaimana perbedaannya dengan sifat pelit?
Ada banyak versi definisi frugal living. Deborah Taylor-Hough dalam bukunya “Frugal Living for Dummies” menyebut frugal living sebagai pilihan hidup, berbeda dengan miskin atau pelit.
Orang yang menerapkan frugal living menggunakan uang secara efektif dan ekonomis. Mereka memanfaatkan kesempatan agar tidak mengeluarkan uang terlalu banyak, namun tetap bisa menikmati hidup.
Daisy Luther menambahkan kriteria frugal living dalam buku “The Ultimate Guide to Frugal Living”. Orang dengan konsep hidup frugal tidak mengeluarkan uang lebih untuk membeli barang yang sama. Kemudian cenderung kreatif, memperbaiki atau membuat sendiri barang yang dibutuhkan untuk menghemat uang.
Mereka menggunakan uang hanya untuk hal penting, mencari pilihan harga yang lebih murah, membiasakan memakai barang yang bisa digunakan ulang. Dan tetap memberi bantuan ke orang membutuhkan.
The Money Manual menyebut bahwa frugal living berbeda dengan pelit. Kata hemat pada frugal umumnya dibarengi dengan kecermatan. Konsep gaya hidup ini mengajarkan dua unsur yang harus terpenuhi saat ingin membelanjakan uang, yaitu butuh dan mampu. Tak bisa hanya salah satu unsur saja.
Misal ketika ingin membeli baju baru, perlu ada standar yang diterapkan tentang apakah baju tersebut benar-benar dibutuhkan, dan apakah ada cukup uang untuk membeli baju tersebut.
Tidak Bersandar pada Konstruksi Mayoritas
Frugal living sejatinya sudah lama diterapkan banyak orang, namun dengan istilah lain, yakni berhemat. Secara umum, hidup hemat yang dimaksud berfokus pada tabungan masa depan dan pengeluaran yang memberi nilai nilai tambah untuk hidup.
Hidup frugal, melansir The Money Manual, saling terkait dengan gaya hidup minimalis dan pensiun dini. Ada banyak cara untuk mendekati hidup frugal, namun ada tiga karakteristik yang menciptakan kerangka gaya hidup tersebut.
Pertama, tidak mengikuti tren umum. Terapkan standar pada hidup Anda tanpa melihat hal-hal yang tengah menjadi tren, misal seperti baju bermerek yang dipakai oleh seorang pesohor, atau membeli IPhone keluaran anyar.
Hal-hal tersebut hanya membuat tabungan terkuras dengan sangat cepat. Cukup gunakan telepon genggam lama Anda yang masih berfungsi baik, dan pakai baju yang nyaman sesuai kebutuhan.
Frugal living adalah tentang mengatakan tidak pada ekspektasi masyarakat tentang apa yang tengah menjadi tren atau dianggap keren. Gaya hidup ini meminta kita keluar dari siklus konsumerisme.
Kedua, menggunakan uang secara bijak dan menghitung segala konsekuensi pengeluaran. Misal memilih menabung lebih dulu untuk membeli rumah, alih-alih menggunakan KPR, sebab setelah dihitung, harga rumah KPR lebih mahal.
Ketiga, sadar kebutuhan dan keinginan. Caranya dengan memperhitungkan pengeluaran secara teratur dan menahan diri. Uang harus dialokasikan untuk kebutuhan paling prioritas. Sementara keinginan harus ditahan dan direncanakan. Hidup hemat artinya menahan diri untuk segera membeli “keinginan”.
Anda tetap dapat memperoleh “keinginan” dengan mencari kupon atau promo tertentu saat ingin makan di restoran mewah, menonton bioskop, dan hal-hal tersier lain, atau menggunakan baju bagus bermerek yang bekas pakai.