Contoh Puisi Rakyat dengan Kaidah Penulisannya
Dalam salah satu kaidah sastra Bahasa Indonesia puisi merupakan bagian dari karya seni yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Salah satu dari karya puisi yang cukup lazim ditemukan di penampilan masyarakat adalah pantun, sebagai keragaman dan keindahan dalam berkusastraan.
Selain pantun, puisi rakyat merupakan salah satu warisan budaya yang harus kita pelihara. Sebab, puisi rakyat mengandung pesan moral, nilai-nilai, dan karakter yang baik. Oleh karena itu, memelihara dan melestarikan puisi rakyat merupakan hal penting sebagai generasi bangsa.
Dikutip dari buku Sastra Indonesia Untuk Siswa Madrasah Aliyah (MA) karya Cikawati, puisi rakyat adalah bagian dari kesusatraan rakyat yang berisi nilai-nilai yang berkembang di tengah kehidupan masyarakat.
3 Jenis Puisi Rakyat
Gurindam
Gurindam adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari dua bait, di mana tiap bait terdiri dari dua baris kalimat yang memiliki persamaan rima. Seluruhnya menjadi satu kesatuan yang utuh.
Gurindam memiliki traits atau jejak kesusastraan Hindu. Kata gurindam sendiri berasal dari bahasa India, yakni kirindam yang artinya perumpamaan.
Sarat akan nilai moral dan keagamaan, gurindam sangat penting untuk dijadikan sebagai moral di dalam kehidupan. Berikut ciri-ciri dari salah satu warisan budaya bangsa ini:
- Satu (1) bait memuat dua (2) baris
- Setiap baris memiliki sekitar 10-14 kata
- Setiap baris memiliki rima alias bersajak
- Baris pertama berisi masalah atau perjanjian
- Baris kedua berisi solusi atau akibat dari masalah atau perjanjian di baris pertama
- Gurindam umumnya mengandung nasihat, kata-kata mutiara, atau filosofi kehidupan
Pantun
Dikutip dari Kumparan.com, bahwa pantun adalah bentuk puisi lama yang mengakar di dalam masyarakat. Pantun adalah arahan yang mendidik dan ucapan teratur yang penuh kesantunan. Selain mendidik, pantun juga dapat menghibur banyak orang.
Adapun ciri-ciri dari pantun antara lain:
- Setiap bait terdiri atas empat (4) baris
- Setiap baris terdiri atas 8 – 12 suku kata
- Baris pertama dan kedua adalah sampiran Baris ketiga dan keempat adalah isi
- Berima a-b-a-b
Syair
Syair merupakan salah satu bentuk dari puisi lama yang berasal dari Persia dan masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam.
Kata syair berasal dari Bahasa Arab, yakni syi’ir atau syu’ur yang berarti perasaan yang menyadari. Kata syu’ur lalu berkembang menjadi syi’ru yang berarti puisi di dalam pengetahuan umum.
Seiring berjalannya waktu, syair mengfalami modifikasi, sehingga menjadi khas Melayu dan tidak lagi mengacu pada sastra syair dari Arab.
Inilah ciri-ciri yang membedakan syair dari gurindam maupun pantun:
- Setiap bait terdiri dari 4 baris
- Setiap baris terdiri dari 8-14 suku kata
- Syair berima a-a-a-a
- Setiap baris adalah isi
- Menggunakan bahasa kiasan
Contoh Puisi Rakyat Dengan Mode Gurindam
Contoh Pertama
Barang siapa tidak berilmu
Bagaikan kursi tidak bertumpu
Ketika engkau tengah belajar
Haruslah tekun dan juga sabar
Ilmu jangan hanya dihafalkan
Namun juga harus diamalkan
Contoh Kedua
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Apabila dengki sudah bertanah, datanglah darinya beberapa anak panah.
Contoh Puisi Rakyat Dalam Mode Pantun
Contoh Pertama
Pokok pinang ditanam rapat
Puyuh kini berlari-lari
Samalah kita menjunjung adat
Tunggak budaya semai di hati
Jika keladi sudah ditanam
Janganlah lagi meminta talas
Contoh Kedua
Air surut memungut bayam
Sayur diisi ke dalam kantung
Jangan diikuti tabiat ayam
Bertelur sebiji riuh sekampung
Contoh Puisi Rakyat Dalam Mode Syair
Contoh Pertama
Meskipun kamu sudah besar
Jangan bertutur kata dengan kasar
Jadilah pribadi yang sabar
Agar tetangga tak jadi gusar
Tak perlulah kau menabur cinta
Ini hanya akan membuat luka
Jika akhirnya kita tak bersama
Tak seperti janji yang sedia kala
Jangan risau dengan cobaan
Jangan bersedih karena kesulitan
Berdoa saja pada Tuhan
Insya Allah akan Ia kabulkan
Contoh Kedua adalah Karya Hamzah Fansuri
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah
Di sanalah iktikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya sempurna jalan yang kabir