Jadi Metode Umum, Ini Konsep, Kelebihan, dan Kelemahan Basis Akrual
Dalam dunia akuntansi, dikenal adanya basis pencatatan akuntansi, yakni prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan untuk menentukan kapan pengaruh atas transaksi harus diakui. Secara umum, terdapat dua basis akuntansi yaitu basis kas dan basis akrual.
Saat ini, basis akrual merupakan basis akuntansi yang umum digunakan oleh perusahaan-perusahaan, baik yang berskala besar maupun kecil. Penyebabnya adalah, karena basis akrual mampu memberikan gambaran yang lebih tepat terkait kinerja perusahaan, sehingga manajemen dapat membuat kebijakan yang lebih relevan ke depan.
Nah, apa sebenarnya konsep basis akrual tersebut, dan apa aja kelebihan penggunaan basis akrual? Simak ulasan singkat berikut ini.
Konsep Umum Basis Akrual
Mengutip majoo.id, basis akrual merupakan istilah akuntansi dan pembukuan, yang mengacu adanya penyesuaian sebelum diterbitkannya laporan keuangan. Transaksi bisnis yang bisa dilibatkan pada akrual antara lain, beban, kewajiban, dan kerugian yang sudah terjadi tapi belum tercatat di dalam akun. Kemudian, aset dan pendapatan yang sudah didapatkan tapi belum tercatat.
Di Indonesia, penerapan basis akrual pada penyusunan laporan keuangan diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 213/PMK.05/2013, yang berlaku mulai 1 Januari 2015. Artinya, sejak 2015 setiap pelaporan akuntansi pemerintah menerapkan basis akrual basis.
Metode pencatatan menggunakan basis akrual dinilai lebih tepat untuk menilai kondisi keuangan. Penggunaan metode ini sangat berguna bagi bisnis, terutama yang di dalamnya terdapat banyak sekali transaksi kredit. Ini termasuk penjualan produk barang atau jasa secara kredit, yang saat prosesnya tidak ada pertukaran uang secara tunai.
Metode pencatatan menggunakan basis akrual dianggap bermanfaat meningkatkan jumlah informasi di dalam laporan keuangan. Umumnya, akuntan hanya mencatat transaksi tunai dalam laporan keuangan. Namun, transaksi tunai saja kurang mampu memberikan informasi yang gamblang terkait aktivitas bisnis.
Metode pencatatan dengan basis akrual dianggap sebagai praktik akuntansi standar bagi perusahaan. Metode ini didukung oleh International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Prinsip Akuntansi yang Diterima Umum (PABU).
Perbedaan Basis Akrual dan Basis Kas
Seperti telah disebutkan sebelumnya, secara umum ada dua basis akuntansi yang digunakan, yaitu basis kas dan basis akrual. Perbedaan antara keduanya terletak pada bagaimana perusahaan melaporkan pendapatan dan beban.
Pada pencatatan basis kas, perusahaan mengakui adanya pendapatan jika telah menerima pembayaran. Pun demikian dengan pencatatan biaya, yakni saat perusahaan melakukan pembayaran. Artinya, pengakuan adanya pendapatan dan pengeluaran hanya terjadi saat uang telah berpindah tangan.
Sementara, pencatatan menggunakan basis akrual memungkinkan perusahaan mengakui adanya pendapatan atau beban meski belum menerima, atau melakukan pembayaran. Kesimpulannya, basis pencatatan ini tidak bergantung pada aliran uang.
Basis akrual merupakan suatu basis pencatatan akuntansi di mana transaksi diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan langsung pada saat terjadinya transaksi, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.
Dengan basis akrual, perusahaan mencatat pendapatan berdasarkan seluruh pendapatan yang telah menjadi hak perusahaan, terlepas apakah hak tersebut sudah diwujudkan dalam bentuk penerimaan kas atau tidak, demikian juga dengan beban.
Basis akrual memiliki dua pilar, antara lain:
1. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan pada basis akrual adalah, saat perusahaan memiliki hak melakukan penagihan dari transaksi penjualan. Dalam konsep akrual, kapan kas benar-benar diterima merupakan hal yang kurang penting. Oleh karena itu, dalam basis akrual muncul estimasi piutang tak tertagih. Estimasi ini muncul, karena penghasilan sudah diakui padahal kas belum diterima.
2. Pengakuan Beban
Dalam basis akrual, pengakuan beban biasanya dilakukan pada saat kewajiban membayar telah dilakukan. Artinya, pada saat kewajiban membayar sudah muncuk, maka saat itu dianggap sebagai titik awal munculnya biaya, meskipun beban tersebut belum dibayar.
Kelebihan Basis Akrual
Pencatatan menggunakan basis akrual memiliki sejumlah kelebihan bagi suatu perusahaan. Secara umum, terdapat 10 kelebihan pencatatan menggunakan basis akrual. Pertama, mampu menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik untuk tujuan pengambilan keputusan.
Kedua, mampu memberikan gambaran yang sangat akurat terkait performa perusahaan secara real time. Ketiga, pencatatan akuntansi menggunakan basis akrual mampu menyajikan penilaian kinerja yang lebih akurat. Ini karena penilaian kesehatan finansial erat kaitannya dengan kinerja perusahaan.
Keempat, mampu menyajikan penghitungan penilaian biaya terhadap suatu program/proyek dengan lebih baik. Kelima, perusahaan bisa mengklaim pendapatan meski uang belum masuk ke akun. Ini karena perusahaan sudah memberikan produk barang atau jasa, sehingga berhak menarik uangnya kapanpun dibutuhkan.
Keenam, pencatatan dengan basis akrual memungkinkan perusahaan menyelaraskan belanja modal dengan akuntansi penyusutan. Ketujuh, laporan keuangan yang disajikan mampu menghasilkan nilai aset, kewajiban dan ekuitas yang lebih baik.
Kedelapan, basis akrual dapat mengubah perilaku keuangan penggunanya menjadi lebih transparan dan akuntabel. Kesembilan, basis ini memungkinkan perusahaan mengetahui pengalokasian sumber daya dengan lebih akurat.
Terakhir, proses audit menjadi jauh lebih efektif. Ini karena pencatatan menggunakan basis akrual mampu menyediakan catatan yang jelas, detil dan koheren.
Kelemahan Basis Akrual
Meski demikian, pencatatan menggunakan basis akrual bukannya tanpa kelemahan. Setidaknya ada 10 kelemahan pada basis ini. Pertama, basis akrual merupakan metode yang relatif kompleks, dan lebih mahal untuk dilakukan dibandingkan metode basis kas.
Kedua, penggunaan basis akrual membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang lebih kompeten dalam ilmu akuntansi. Ketiga, jumlah SDM yang diperlukan untuk menyiapkan laporan keuangan lebih banyak.
Keempat, basis akrual memunculkan pendapatan yang tidak tertagih, sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan. Kelima, pembentukan cadangan piutang tak tertagih dalam basis akrual otomatis mengurangi pendapatan perusahaan.
Keenam, pencatatan menggunakan basis akrual memungkinkan perusahaan memanipulasi laba bersih. Manipulasi dilakukan dengan cara mengenali pendapatan lebih awal ataupun lebih lambat.
Ketujuh, relevansi akuntansi menggunakan basis akrual akan menjadi terbatas. Kedelapan, metode ini memerlukan beberapa estimasi yang tidak bisa dikatakan benar sepenuhnya. Akibatnya, tingkat kepercayaan dalam benak pembaca laporan keuangan tidak sama, dengan pencatatan menggunakan basis kas.
Kesembilan, penggunaan basis akrual membuat perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.
Terakhir, perusahaan tidak bisa memperhitungkan dana akun yang sebenarnya tersedia di akun perusahaan. Memang, semua utang dan piutang tercatat dengan rapi jika menggunakan basis akrual. Namun, metode ini kadang tidak bisa menunjukkan saldo bank yang dimiliki oleh perusahaan pada saat itu.