Ma'ruf Amin Ingatkan Bio Farma Proses Sertifikasi Halal Vaksin Corona
PT Bio Farma tengah mengembangkan vaksin Covid-19 dan kini berada dalam tahap uji klinis. Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta BUMN Farmasi ini mempercepat pengembangan dan produksi vaksin untuk menanggulangi pandemi corona.
"Saya minta pengembangan vaksin lebih cepat karena situasi memang sangat membutuhkan. Satu-satunya upaya penanggulangan COVID-19 ini adalah dari vaksin," kata Wapres Ma'ruf Amin saat melakukan sambungan telekonferensi dengan direksi PT Bio Farma di Jakarta, Kamis.
Ma'ruf juga meminta BUMN ini mempercepat proses produksi setelah pengembangan rampung dan vaksin telah teruji. Ia juga mengingatkan agar Bio Farma memproses sertifikasi halal untuk vaksin tersebut.
Menurut Ma'ruf, vaksin dapat menjadi upaya paling efektif dalam menekan penularan Covid-19. Sejumlah langkah yang telah ditelurkan pemerintah untuk menekan penularan hingga kini belum berdampak signifikan.
"Untuk penyembuhan sudah mulai baik, tetapi penularan masih cukup tinggi," ujar Ma'ruf seperti dikutip dari Antara, Rabu (27/8).
Banyak masyarakat yang belum disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Ini membuat tingkat penularan Covid-19 di Indonesia masih tinggi.
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengatakan akan segera berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia terkait proses sertifikasi halal vaksin buatan dalam negeri tersebut.
"Kami akan ikuti semua arahan Pak Wapres. Apa pun nanti progresnya, kami akan segera koordinasikan dengan tim dari MUI," kata Honesti dalam sambungan telekonferensi tersebut.
PT Bio Farma bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal China, Sinovac, dan juga perusahaan asal Uni Emirat Arab, G42, untuk memproduksi vaksin COVID-19.
Sinovac akan menyediakan bahan baku sebanyak 20 juta dosis pada akhir 2020 dan 250 juta dosis pada 2021 untuk produksi vaksin COVID-19 di Indonesia. Vaksin dengan bahan baku dari China tersebut sedang menjalani tahap uji klinis tahap ketiga di Bandung, Jawa Barat.
Sementara G42 akan menyediakan bahan baku untuk 10 juta dosis pada Desember 2020 dan 50 juta dosis pada kuartal pertama 2021.