Kedatangan Vaksin Covid-19 Berpotensi Kerek Impor pada Desember
Vaksin Covid-19 sebanyak 1,2 juta dosis dari Sinovac tiba di Indonesia pada pekan pertama bulan ini. Namun, Badan Pusat Statistik mencatat impor vaksin pada November 2020 mencapai US$ 13,6 juta atau setara Rp 192 milliar dengan menggunakan asumsi kurs JISDOR akhir November.
Kepala BPS Suhariyanto melaporkan impor vaksin pada bulan lalu belum termasuk 1,2 juta vaksin Covid-19 yang datang pada 6 Desember lalu. "Vaksin tersebut masuk dalam golongan HS300220090," kata Suhariyanto dalam Konferensi Pers Ekspor Impor November 2020 secara virtual, Selasa (14/12).
Adapun transaksi vaksin Covid-19 dari Sinovac akan dicatatkan pada nilai impor Desember 2020. Sementara hingga saat ini, belum ada informasi dari Bea dan Cukai mengenai data impor bahan baku untuk pembuatan vaksin.
Ekonom Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam mengatakan impor pada bulan depan berpotensi meningkat dengan kedatangan vaksin. "Baik untuk vaksin maupun untuk kebutuhan lainnya," ujar Piter kepada Katadata.co.id, Selasa (15/12).
Selain vaksin, impor yang akan meningkat bulan depan didorong oleh kembali bergeraknya perekonomian di dalam negeri. Meski demikian, hal tersebut belum menjadi indikator pulihnya ekonomi. Ketika ekonomi pulih, pertumbuhan impor diperkirakan lebih besar daripada ekspor.
Kenaikan impor pada November didorong oleh impor nonmigas yang mencapai US$ 9,71 miliar, melesat 19,27% dibandingkan bulan lalu meski masih turun 12,33% dibandingkan November 2019. Kendati demikian, impor migas hanya naik 0,59% dibandingkan Oktober atau turun 49,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 12,66 miliar.
"Kenaikan impor nonmigas terutama didorong oleh belanja barang modal. Ini sangat menggembirakan," kata Suhariyanto.
Impor barang modal pada November mencapai US$ 2,43 miliar, tumbuh 31% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi masih turun 2,85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara impor barang konsumsi US$ 1,35 miliar, naik 25,52% secara bulanan tetapi masih anjlok 22,02% dibandingkan November 2019.
Sementara, Suhariyanto menyebut impor bahan baku/penolong bertambah 13,02% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi turun 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Barang modal yang kita impor sebagian besar berupa mesin-mesin impor dari Tiongkok, selain itu ada x-ray for medical yang merupakan impor dari AS," katanya.
Berdasarkan kode HS dua digit, kenaikan impor didorong oleh kelompok barang mesin dan perlengkapan, logam mulia, serta mesin dan peralatan mekanis. Sementara penurunan terjadi pada kelompok barang gula dan kembang gula, bahan bakar mineral, dan buah-buahan.
Secara kumulatif, total impor sepanjang Januari-November 2020 mencapai US$ 127,13 miliar, masih anjlok 18,91% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor secara kumulatif mencapai US$ 146,78 miliar, turun lebih tipis 4,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan secara kumulatif mencatatkan surplus sebesar US$ 19,66 miliar," ujar dia.