Ekonomi Bali Masih Terpukul Dalam, Maluku & Papua Tumbuh Melesat 8,7%
Pemulihan ekonomi yang mulai berangsur terjadi di Tanah Air tak berlangsung secara merata. Ekonomi Bali dan Nusa Tenggara pada kuartal pertama tahun ini masih terkontraksi 5,16%, sedangkan Maluku dan Papua mencatatkan pertumbuhan mencapai 8,97%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan positif pada kuartal pertama tahun ini mulai terjadi di Pulau Sulawesi sebesar 1,2%, serta Maluku dan Papua yang mencapai 8,97%. Namun, sumbangan perekonomian kedua wilayah tersebut hanya mencapai 8,96% terhadap perekonomian nasional.
"Pulau Jawa masih mendominasi struktur perekonomian Indonesia dengan sumbangan mencapai 58,7%. Pada kartal pertama tahun ini, ekonomi Pulai Jawa masih terkontraksi 0,83%," ujar Suhariyanto dalam Konferensi Pers, Rabu (5/5).
Sementara itu, Pulau Sumatera juga masih mencatatkan kontraksi mencapai 0,86% dengan sumbangan terhadap ekonomi nasional mencapai 21,54%. Sementara itu, ekonomi Kalimantan juga masih terkntraksi 2,23% dengan sumbangan ke perekonomian 8,05%.
"Pada kuartal I ini sudah ada 10 provinsi yang mengalami pertumbuhan positif. Yang lainnya masih mengalami kontraksi tetapi menipis. Hanya ekonomi Bali yang masih terkontraksi cukup dalam," katanya.
Suhariyanto sebelumnya menjelaskan ekonomi Sulawesi masih positif terutama berkat ekonomi Sulawesi Tengah yang tumbuh 4,86% didukung oleh kenaikan produksi nikel. Sedangkan perekonomian Papua didukung oleh kenaikan produksi tembaga.
Sepanjang tahun lalu, ekonomi Bali dan Nusa Tenggara juga terpukul paling dalam mencapai 5,01%. Pemerintah berjanji untuk memperbaiki kondisi ekonomi pulau yang menggantungkan ekonomi pada sektor pariwisata ini.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, terdapat sejumlah strategi yang disiapkan pemerintah dalam jangka pendek dan menengah untuk memulihkan ekonomi Pulau Dewata. Strategi pertama, menurut Luhut, adalah pengendalian kasus Covid-19. Ini tak hanya menjadi strategi untuk mendorong ekonomi Bali, tetapi nasional. Jika kasus terkendali, maka aktivitas ekonomi dapat kembali meningkat.
Kedua. mempercepat vaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. Luhut mengatakan telah secara khusus meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk mempercepat proses vaksinasi di Bali.
Ketiga, perlu dilakukan pengetatan protokol kesehatan, terutama untuk para wisatawan mancanegara. Protokol akan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara Indonesia dengan negara asal turis.
Selain itu, Luhut mengatakan ada sejumlah stretegi jangka menengah panjang yang juga disiapkan pemerintah demi mengungkit pariwisata Bali. Pertama, mengembangkan pariwisata kesehatan atau health tourism dengan membuka rumah sakit internasional untuk penanganan penyakit-penyakit spesifik, seperti kanker atau tumor.
"Sudah ada beberapa investor yang berminat. Health tourism dapat memperlama waktu kunjungan wisatawan," katanya.
Kedua, menurut Luhut, melestarikan sumber daya kelautan dan budidaya perikanan, serta pertanian. "Kedua hal tersebut adalah kunci terhadap sustainability industri pariwisata di Bali," katanya.