Pertemuan Pertama G20, RI Akan Usul Jadi Pusat Produksi Vaksin mRNA
Pertemuan pertama G20 berupa Sherpa Meeting yang dimulai hari ini akan membahas tiga isu utama, yakni arstitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transformasi energi. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia antara lain akan mengusulkan untuk menjadi hub atau pusat produksi vaksin berbasis mRNA.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah juga akan mengusulkan agar terdapat satu pusat produksi vaksin untuk setiap wilayah dengan 100 juta penduduk. "Ini tentu ada kaitannya dengan hak intelektual terhadap vaksin tersebut yang perlu dikerjasamakan secara global," ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/12).
Airlangga menjelasna, Sherpa Meeting juga akan membahas terkait dukungan untuk transformasi digital. Ini terutama terkait infrastruktur digital baik berupa fiber optic, satelit maupun teknologi baru lainnya.
Menurut dia, Indonesia saat ini sudah memiliki beberapa percontohan terkait digitalisasi. Delegasi Sherpa Meeting pada agenda hari kedua besok juga akan diundang untuk mengunjungi Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI 4.0) yang berlokasi di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Sehingga ini bisa memberikan inspirasi dan aspirasi, sekaligus juga kita ingin melakukan kerja sama di sektor digital agar kita bisa melompat ke depan, dan agar potensi US$ 125 miliar di 2025 bisa dicapai dengan kerja sama internasional," kata Airlangga.
Agenda terakhir, yakni pembicaraan terkait transisi energi global. Ia mengatakan, Sherpa Meeting nantinya akan mendorong pembahasan terkait akses terhadap teknologi yang terjangkau dan mendorong pengembangan energi yang lebih berkelanjutan. Beberapa hal teknis seperti dukungan infrastruktur energi juga akan dibahas dalam pertemuan ini.
Sherpa Meeting dimulai hari ini hingga besok dan dihadiri oleh 38 delegasi, baik perwakilan negara anggota G20, negara undangan maupun organisasi internasional. "Ketiga topik tersebut menjadi guidance ataupun kebijakan-kebijakan yang bisa direkomendasikan dan dapat diterapkan. Pilot project diharapkan selesai sebelum meeting G20 Oktober nanti, sehingga Indonesia betul-betul dapat menyajikan apa yang akan direplikasi negara lain," kata Airlangga.
Pertemuan G20 sendiri terdiri atas dua agenda, yakni Sherpa Track dan Financial Track. Jika Financial Track membahas soal ekonomi dan keuangan, pembahasan dalam Sherpa Track mencakup isu yang lebih luas, misalnya terkait isu anti-korupsi, pendidikan, perubahan iklim, pariwisata, budaya, pendidikan, dan lain sebagainya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Sherpa Meeting pertama akan digelar selama dua hari, yakni hari ini dan besok. Fokus pertemuan pertama ini akan membahas mengenai mekanisme dan arah pembahasan agenda G20 Indonesia.
"Mengiat pentingnya pertemuan ini, Presidensi G20 sudah memperkenalkan 'Sofa Talk' yang memungkinkan para Sherpa berbicara secara terbuka sehingga akan memudahkan kerja setahun ke depan," kata Retno dalam acara yang sama dengan Airlangga.
Retno menjelaskan, pertemuan pertama ini digelar secara hybrid dengan 38 delegasi, terdiri atas 19 delegasi yang merupakan negara anggota G20, sembilan negara undangan dan 10 organisasi internasional. Dari undangan tersebut, 23 diantaranya hadir secara fisik dan sisanya virtual.
Selain anggota G20, Presidensi G20 Indonesia juga mengundang sejumlah negara berkembang untuk mendorong nilai-nilai inklusif. Beberapa negara yang diundang antara lain perwakilan asosasi negara-negara Afrika, Karibia dan negara-negara kecil di Samudera Pasifik.