KLHK soal Kualitas Udara Jakarta: Beralih ke Kendaraan Listrik Krusial
Kualitas udara Jakarta yang buruk menyebabkan ratusan ribu warga Jakarta terkana infeksi saluran pernafasan atas atau ISPA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan peralihan dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik menjadi hal yang sangat krusial bagi penduduk Jakarta.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro mengatakan pemakaian bahan bakar minyak untuk kendaraan telah menyumbang emisi berskala besar. Ini membuat kualitas udara menjadi tidak sehat bagi manusia.
"Kita niat mengonversi sepeda motor ke listrik ataupun membeli kendaraan listrik," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Sabtu (12/8).
Bloomberg Philanthopics dan Vital Strategies pada tahun 2020 menerbitkan laporan inventarisasi emisi pencemaran udara di Jakarta. Berdasarkan hasil inventarisasi itu, sumber emisi bahan bakar yang digunakan di Jakarta adalah batu bara 0,42%, minyak 49%, dan gas 51%.
Adapun persentase penggunaan bahan bakar di Jakarta menurut sektor-sektornya adalah transportasi sebesar 44%, industri energi 31%, industri manufaktur 10$, perumahan 14%, dan komersial 1%,
Menurut Sigit, kajian itu menempatkan sulfur dioksida pada posisi pertama dari semua emisi dan sumber polusi udara di Jakarta dengan angka mencapai 61,96% dari total 4.254 ton. Emisi sulfur dioksida tersebut dihasilkan oleh pembangkit listrik dari industri manufaktur.