Perusahaan Farmasi AS Eli Lilly Uji Coba Obat Antibodi Virus Corona

Ameidyo Daud Nasution
2 Juni 2020, 13:15
eli lilly, obat corona, farmasi
ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/pras.
Aktivitas uji pemeriksaan corona di Lboratorium BPOM Provinsi Gorontalo, Jumat (17/4/2020). Perusahaan farmasi AS yakni Eli Lily telah memulai uji coba obat antibodi corona pada manusia awal Juni 2020 ini.

Berbagai korporasi farmasi global masih berlomba-lomba untuk mencari jalan keluar dari pandemi virus corona Covid-19. Salah satunya perusahaan asal Amerika Serikat yakni Eli Lilly telah memulai uji coba pertama pengobatan terapi antibodi virus tersebut.

Fase pertama percobaan akan mengetahui apakah terapi tersebut aman digunakan pada manusia. Eli Lilly menargetkan hasil awal tes akan keluar pada akhir Juni. Jika efektif, maka pengobatan Covid-19 bisa efektif musim gugur mendatang.

“Begitu pandemi dimulai, kami harus bekerja membuat obat baru melawan penyakit ini, " kata Wakil Presiden Senior Eli Lilly Dr Dan Skovronsky hari Senin (1/6) dikutip dari CNN.

(Baca: Gandeng Korsel, Kalbe Farma Uji Klinik Vaksin Corona Bulan Depan)

Mereka menggandeng perusahaan bioteknologi AbCellera untuk menggelar uji coba. Perusahaan asal Kanada tersebut akan memperoleh sampel darah salah satu pasien corona yang telah pulih untuk selanjutnya disortir demi menemukan antibodi.

Meski belum mempublikasikan hasil uji awal, namun Skovronsky optimis obat yang dikembangkan akan manjur dalam membentuk antibodi. Dia juga mengklaim dalam tes awal di laboratorium, pengobatan ini bisa menghalangi kemampuan Covid-19 menginfeksi sel.

Eli Lilly telah memberi nama obat ini walaupun belum diluncurkan secara resmi. ”Kami  menyebutnya LY-CoV555, keberuntungan nomor lima,” ujar Skovronsky.

Tak hanya Eli Lilly, raksasa farmasi AS lain yakni Gilead Sciences juga mengklaim uji coba klinis terhadap remdesivir mampu memperbaiki kondisi pasien Covid-19 setelah dikonsumsi selama lima hari.

Studi melibatkan 600 penderita corona gejala ringan dan tak membutuhkan dukungan alat bantu oksigen. Mereka membagi penderita dalam tiga kategori, pasien yang meminum remdesivir selama lima hari, sepuluh hari, dan hanya menjalani layanan kesehatan standar tanpa obat tersebut.

Mereka menemukan, 65% pasien yang menggunakan remdesivir selama lima hari mulai membaik kondisinya pada hari kesebelas. Sedangkan kondisi pasien dengan durasi 10 hari pengobatan tak lebih baik ketimbang menjalani perawatan normal.

Pengobatan untuk meningkatkan antibodi melawan corona juga akan dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dengan menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI). Mereka akan menyediakan plasma darah guna mengobati pasien corona dengan kondisi kritis.

Plasma ini berasal dari darah pasien Covid-19 yang telah sembuh selama dua hingga empat pekan dan akan diinjeksi ke tubuh pasien kritis untuk meningkatkan antibodinya.

“Diharapkan membantu perjuangan bagi pasien yang dalam kondisi berat, di mana jumlah virusnya banyak tapi mereka sendiri tidak memiliki antibodi," kata Kepala LBM Eijkman Prof Amin Subandrio April lalu.

(Baca: LBM Eijkman-PMI Siapkan Plasma Darah Obati Pasien Covid-19 yang Kritis)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...