Sinyal Harapan dari Vaksin Pfizer untuk Mengakhiri Pandemi Covid-19

Ameidyo Daud Nasution
10 November 2020, 21:41
vaksin corona, covid-19, virus corona
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.
Seorang dokter yang mengenakan alat pelindung diri (APD) memberikan penjelasan sebelum melakukan vaksinasi kepada anak di Rumah Vaksin Sawangan, Depok, Jawa Barat, Rabu (10/6/2020). Pemerintah dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengajak orang tua agar tetap melakukan vaksinasi kepada anak sesuai jadwal meskipun saat pandemi COVID-19 untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak dalam mencegah penyakit tertentu.

Sebuah kemajuan muncul dari pengembangan vaksin Covid-19. Antivirus yang dikembangkan Pfizer terbukti lebih dari 90% efektif setelah uji coba awal menyatakan 94 dari 43.538 relawan yang disuntik terpapar virus corona.

Pfizer dan mitranya dari Jerman, BioNTech akan mengupayakan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat (AS). Izin tersebut kemungkinan baru bisa diputuskan pada Desember.

Jika izin keluar, mereka siap menyediakan hingga 50 juta dosis vaksin untuk disuntikkan pada 25 juta orang tahun ini. Setelah itu, baru perusahaan akan memproduksi hingga 1,3 miliar dosis vaksin pada 2021.

"Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi sains dan kemanusiaan," kata Kepala Eksekutif Pfizer Albert Bourla, dikutip Reuters, Senin (9/11). 

Vaksin bernama BNT 162 tersebut sebenarnya mulai dikembangkan pada Maret 2020 lalu dan mulai menjalani uji coba pertama pada 12 partisipan sebulan kemudian. Kerja sama ini bahkan dimulai sebelum dunia dilanda Covid-19 yakni 2018.

Saat itu BioNTech asal Jerman mulai menggandeng raksasa farmasi Amerika Serikat tersebut untuk  mengembangkan vaksin influenza berbasis mRNA. Setelah pandemi melanda, mereka mulai mengembangkan vaksin berjenis m-RNA atau menyasar asam ribonukleat.

“Bersama Pfizer, kami yakin bisa mengakselerasi pembuatan vaksin Covid-19 kepada penduduk dunia,” kata Chief Executive Officer BioNTech, Ugur Sahin pada April lalu.

Sejumlah pihak juga menyambut baik kabar terbaru ini, salah satunya Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dia mengatakan kolaborasi ini penting untuk mengatasi pandemi dalam waktu dekat.

"Ini adalah inovasi dan kolaborasi yang tak pernah terjadi sebelumnya demi mengakhiri pandemi," kata Tedros dalam akun Twitternya, Senin (9/11).

Meski demikian, ahli mikrobiologi sekaligus Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan laporan tersebut baru awalan saja dan belum menunjukkan efek vaksin secara keseluruhan.

“Karena masih hasil interim report, harus menunggu laporan final,” kata Amin kepada Katadata.co.id, Selasa (10/11).

Namun Amin mengatakan dari laporan awal, sinyal positif telah terlihat lantaran efektifitas vaksin ini mencapai 90%. Angka ini berada di atas ketentuan yang diharapkan dalam uji calon vaksin yakni 70%. “Bahkan dalam situasi pandemic, angka di atas 50% sudah bisa diterima,” katanya.

Sedangkan epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mengatakan hal yang paling penting bukan hanya banyaknya orang yang kebal, namun berapa lama antibodi tersebut terbentuk. “Mana yang lebih banyak terbentuk antibodi,  serta berapa lama sampai proteksi terjadi,” katanya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...