Tren Digital, DBS Mulai Andalkan DigiBank untuk Nasabah Investasi
Terus berkembangnya digitalisasi dalam sektor keuangan turut direspons PT Bank DBS Indonesia. Mereka mulai menyentuh sektor digital untuk memudahkan nasabah mereka bertransaksi.
Head of Investment Product and Advisory PT Bank DBS Indonesia Djoko Soelistyo mengatakan nasabah mereka bisa membeli obligasi hingga transaksi efek di aplikasi DigiBank DBS.
"Kami sudah menyentuh dunia digital untuk produk investasi," kata Djoko dalam DBS eTalk Series: Navigating the Opportunities in New Economy, Jumat (20/8).
Meski demikian, mereka juga masih menyediakan produk offline kepada nasabah. Beberapa di antaranya adalah reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, equity local, hingga equity offshore sharia.
“Kami juga punya produk seperti PDNI (Pengelolaan Dana Nasabah Individual) yang kerja sama dengan Batavia Prosperindo Aset Manajemen dan Mandiri Manajemen Investasi,” ujarnya.
DBS juga memperkirakan perekonomian Indonesia diperkirakan semakin pulih pada tahun depan. Djoko mengatakan, ekonomi RI tahun ini diproyeksi tumbuh 3,5%, sementara perekonomian pada tahun depan diperkirakan tumbuh 4,5%.
Selain itu, inflasi akan berada di angka 2,2%, naik dari perkiraan tahun ini 1,5%. "Jadi sejalan dengan pemulihan perekonomian global," ujar dia.
Menurutnya, perekonomian nasional akan bergantung pada lima hal, yaitu vaksinasi Covid-19, pembukaan aktivitas ekonomi, likuiditas, paket stimulus bank Indonesia, serta peranan investor domestik. Adapun, investor domestik saat ini memiliki sentimen positif, baik pada obligasi dan saham.
Di sisi lain, investor asing juga menanamkan dananya di Tanah Air. "Ini menggambarkan kepercayaan pada Indonesia bagus," kata Djoko.
Sementara, Senior Investment Strategist DBS Bank Joanne Goh mengatakan, perekonomian global pada semester 1 2021 telah menunjukan kondisi baik. Hal ini tercermin dari kondisi pasar dunia yang telah pulih dari titik terendahnya.
Pemulihan terjadi juga didukung oleh insentif fiskal dan moneter yang dilakukan oleh seluruh negara. Insentif tersebut juga mendorong masyarakat untuk bekerja dan mendapatkan upah. "Sehingga dunia terjadi pemulihan tajam," kata dia.
Pihaknya pun memperkirakan, perekonomian global akan tumbuh di kisaran 6% pada tahun ini. Sementara pada 2022, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan kembali menurun jadi 5%.