Alibaba hingga Tencent Dibayangi Gelombang PHK Dampak Lockdown di Cina
Pemerintah Cina telah menerapkan penguncian atau lockdown kembali karena meningkatnya penularan virus corona. Ini berdampak pada perusahaan teknologi besar seperti Alibaba dan Tencent yang berada dalam bayang-bayang pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Pengurangan staf sedang terjadi di berbagai departemen di Tencent dan Alibaba," kata sumber yang mengerti masalah tersebut dikutip dari South China Morning Post, Minggu (22/5).
Tencent akan memberhentikan sekitar 100 tenaga kerja. Mereka juga menyatakan bahwa banyak departemen di perusahaan yang mulai memangkas jumlah pegawai. Skala PHK ini bervariasi dari satu tim ke tim lainnya bergantung pada profitabilitas dan sifat masing-masing unit bisnis.
Lini bisnis Tencent dengan kerugian besar, seperti komputasi awan (cloud) dan video gim telah mengalami setidaknya dua putaran PHK sejak April. "Kadang-kadang, seluruh tim yang terdiri dari lebih dari 20 karyawan diberhentikan," kata sumber tersebut.
Tencent tidak memberikan tanggapan. Namun, pendiri dan CEO Tencent Pony Ma Huateng sempat mengatakan bahwa perusahaan akan menyesuaikan bisnis non-inti tertentu setelah mengumumkan laporan pendapatan yang buruk awal tahun ini.
Presiden Tencent Martin Lau Chi-ping juga mengatakan pada Maret bahwa perusahaan akan mengontrol jumlah karyawan. Akan tetapi, jumlah total staf masih akan lebih tinggi pada akhir tahun ini dibandingkan dengan 2021.
Begitu juga dengan Alibaba yang dikabarkan memangkas pekerjaan di sejumlah posisi. Alih-alih mengurangi staf dalam satu kali latihan, perusahaan melepaskan karyawan melalui beberapa putaran PHK.
Upaya PHK akan memengaruhi unit bisnis Alibaba, termasuk DingTalk, Alibaba Cloud, Taobao dan Taobao Deals. Namun, Alibaba tidak menanggapi lantaran perusahaan teknologi Cina memang biasanya enggan untuk secara resmi mengakui adanya pemutusan.
Hal ini karena Undang-Undang (UU) perburuhan negara itu menuntut konsultasi serikat pekerja. Kemudian, akan ada intervensi oleh otoritas tenaga kerja jika pengurangan staf melibatkan lebih dari 20 pekerjaan.
Sedangkan, upaya PHK perusahaan teknologi di Cina itu terjadi di tengah kondisi ekonomi yang melambat karena pandemi Covid-19. Negeri Panda memang kembali menerapkan lockdown setelah kasus Covid-19 meningkat.
Cina mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal pertama tahun ini hanya 4,8% secara tahunan (year on year/yoy). Angkanya lebih buruk dari yang diperkirakan oleh banyak analis.
Tingkat pengangguran orang berusia antara 16 dan 24 tahun di Cina juga mencapai 18,2% pada April. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan 13,9% di Eropa dan 8,6% di Amerika Serikat.
Selain karena kondisi ekonomi yang terdampak Covid-19, beberapa perusahaan teknologi Cina mengatakan mereka melakukan PHK karena sedang dalam penyesuaian pertumbuhan bisnis mereka.
E-commerce Cina Xiaohongshu misalnya telah memecat 9% karyawannya pada April karena kinerja di bawah standar. CEO platform streaming video Bilibili Chen Rui juga mengatakan bahwa perusahaan bertujuan untuk menempatkan setiap dolar yang dibelanjakan untuk penggunaan yang lebih besar. Kemudian, platform video pendek Kuaishou melakukan PHK karena ingin mencapai titik impas tahun ini.