Mantan Menkominfo Nilai Badai PHK Startup Tidak Selalu Jelek, Mengapa?
Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) tengah melanda perusahaan rintisan alias startup di Indonesia. Setidaknya, sudah ada 23 perusahaan yang telah melakukan PHK kepada pegawainya.
Meski demikian, Ketua Umum Indonesia Fintech Society (IFSoc) Rudiantara mengatakan PHK tidak selalu negatif. Apalagi menurutnya PHK di industri non-digital jauh lebih besar dibandingkan industri digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014-2019 itu mengatakan adanya PHK perusahaan akan mengubah model bisnisnya. Ini mau tidak mau menjadi langkah strategis untuk membuat industri startup Tanah Air menjadi sehat.
“Sekarang tuntutannya bukan pada traction (daya tarik), tapi bagaimana road to profitability-nya dan cash flow-nya,” kata Rudiantara dalam forum diskusi Indotelko, Rabu (30/11).
Di kesempatan yang sama, analis pasar modal Reza Priyambada menjelaskan bahwa dari kacamata investor melihat PHK sebagai berita negatif. Namun ia juga menilai dengan adanya PHK, akan terlihat apakah perusahaan menjadi efisien atau tidak.
Jika tidak ada perkembangannya lagi maka pasar akan bereaksi negatif. Sebaliknya, jika kinerja startup berubah maka pasar akan merespons positif.
“Karena ketika dia melakukan efisiensi, otomatis beban berkurang. Maka EBITDA-nya juga akan naik," kata Reza.
Adapun, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan saat ini terjadi penurunan investasi startup di dunia. Hal tersebut juga berdampak pada pengembangan bisnis digital di Indonesia.
“Sehingga tidak mengherankan kalau banyak startup yang saat ini melakukan initial public offering (IPO) karena sudah enggak ada investor yang masuk ke startup,” kata Heru.
Badai PHK juga tidak hanya terjadi di Indonesia, raksasa teknologi seperti Meta, Amazon, hingga Microsoft juga melakukan PHK. “Secara internasional ini juga terjadi suatu perubahan bisnis pada startup dunia,” kata Heru.