PT Express Transindo Utama Tbk., induk usaha dari Taksi Express mengumumkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 250 karyawannya. Alasannya, kinerja keuangan perusahaan taksi konvensional tersebut yang mengalami kerugian akibat kalah bersaing dengan angkutan taksi berbasis aplikasi online.
Sekretaris Perusahaan Taksi Express Megawati Affan mengatakan pengurangan karyawan ini telah dilakukan sepanjang semester I. Namun, perusahaan masih melakukan perekrutan terhadap pengemudi dengan pemberian diskon. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengemudi dan utilitas operasional armada perusahaan.
"Belum ada perubahan signifikan terhadap struktur organisasi perseroan. Ini ditujukan untuk meningkatkan efektifitas kinerja dan efisiensi biaya," ujar Megawati dalam keterangan resminya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (4/10).
(Baca: Perbandingan Tarif Taksi Online dan Konvensional Setelah Aturan Baru)
Selain itu, perusahaan berkode saham TAXI ini juga akan melakukan penjualan terhadap aset-asetnya. Ini dilakukan agar perseroan mendapatkan dana dalam mengurangi kewajiban utang jangka panjang dan menunjang kegiatan usaha dan operasional perusahaan. Beberapa aset yang berencana dijual adalah tanah kosong, ruko, hingga armada taksi dan bus.
Megawati mengatakan pihaknya telah menunjuk agen properti profesional untuk membantu merealisasikan hal tersebut. Penjualan aset ini akan dilakukan bertahap. Saat ini masih akan ada beberapa tanah lagi yang akan dijual. Sedangkan, armada taksi yang akan dijual berjumlah 136 unit dan 1 unit bus. Realisasi dana hasil penjualan armada sekitar Rp 2,5 miliar dan sisanya sebesar Rp 3,5 miliar akan direalisasikan pada periode berikutnya.
Berdasarkan laporan keuangan semester I-2017, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 133,11 miliar. Nilai kerugian ini meningkat lebih dari tiga kali lipat kerugian yang dialami pada semester I tahun lalu yang hanya Rp 42,89 miliar. Pendapatan juga turun 57,6% menjadi Rp 158,72 miliar.
Mengawati mengakui, kerugian yang dialami perusahaannya salah satunya disebabkan oleh rendahnya pendapatan akibat penurunan tingkat utilitas atau keterisian penumpang armada Taksi Express. Dari 9.700 armada taksi yang dimiliki, tingkat keterisiannya turun dari 50-55 persen menjadi 45 persen.
"Tingkat utilitas armada taksi mengalami penurunan karena adanya peralihan ke jasa transportasi berbasis aplikasi," ujar Megawati.
(Baca: Revisi 8 Poin, Kemenhub Rilis Aturan Baru Taksi Online Bulan Depan)