PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan menunda kedatangan 10 pesawat baru yang telah dipesan hingga dua tahun ke depan. Perseroan harus memaksimalkan kinerja pesawat yang ada guna menekan kerugian. Hal yang sama berlaku pula untuk anak usahanya yakni Citilink.
Direktur Utama Garuda Pahala N Mansyuri mengatakan, baik Garuda maupun Citilink sebelumnya berencana mendatangkan masing-masing 10 pesawat baru dalam dua tahun ke depan.
Saat ini manajemen tengah menegosiasikan penundaan rencana tersebut ke produsen pesawat yang dipesan. Namun, Pahala enggan menjelaskan jenis pesawat tersebut beserta produsennya.
"Kami sekarang sedang berusaha untuk bisa melakukan penundaan delivery pesawat sampai setelah tahun 2019," ujar Pahala saat ditemui disela-sela pembukaan Garuda Travel Fair, Di JCC Senayan Jakarta, Jumat (22/9).
Pahala menjelaskan, langkah tersebut diambil agar Garuda bisa fokus mengoptimalkan pesawat yang telah dimiliki saat ini. Sampai saat ini, utilisasi pesawat Garuda mamsih berada di angka 9 jam 38 menit, sedangkan dirinya menargetkan bisa sampai 11 jam di tahun 2019.
Dengan meningkatnya utilisasi pesawat, maka Pahala berharap kinerja operasional Garuda akan membaik. Selain itu, Pahala juga akan melakukan restrukturisasi rute-rute guna memaksimalkan rencana peningkatan utilisasi pesawat tersebut.
"Ke depan kami akan meningkatkan available seat kilometers yang miliki, tapi bukan dengan menambah jumlah pesawat, tapi meningkatkan utilisasi pesawat," ujarnya.
Secara umum, Pahala menjelaskan, kinerja keuangan Garuda saat ini sudah membaik. Pada kuartal III-2017 ini, Pahala menyatakan, pihaknya telah mencatatkan keuntungan. Di kuartal IV-2017 pun, dirinya menargetkan Garuda juga memperoleh keuntungan.
Hanya, diakuinya kerugian yang dialami selama Semester I-2017 cukup besar, sehingga, sampai akhir tahun, kinerja keuangan Garuda diprediksi tetap mengalami kerugian.
Sebelumnya, Garuda masih mengalami rugi bersih sekitar US$ 283,8 juta pada semester I tahun ini. Kerugiannya membengkak 349% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 63,2 juta. Kerugian tersebut terjadi akibat harga bahan bakar yang meningkat 36,5% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
"Kami membiayai pesawat biasanya melalui operational lease. Sebetulnya pesawat-pesawat ini kan akan menggantikan pesawat yang sebelumnya ada. Dengan tidak melakukan delivery, biaya leasing bisa diturunkan 20-22%," kata Pahala.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda, Helmi Imam Satriyono mengungkapkan, penundaan kedatangan pesawat baru ini memang untuk menjaga kinerja keuangan perusahaan. "Kami masih diskusi, 10 sudah ok untuk diundur sisanya masih dalam tahap pembahasan," ujarnya.