Memahami Pola Lantai Tari Piring serta Properti, Makna dan Busananya

infopublik.sumbarprov.go.id
Group Tari Piring dari Sanggar Soviani tampil pada pembukaan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Padang Convention Center jalan Gereja Belakang Tangsi, Kota Padang, Rabu (20/2/2019). Tari piring merupakan keseniaan daerah yang selalu ditampilkan pada perhelatan dan acara kedinasan di Sumatera Barat.
Editor: Safrezi
2/12/2021, 09.41 WIB

Ada banyak kesenian tradisional yang berkembang di seluruh Indonesia, salah satunya dalam bidang tari tradisional, yaitu Tari Piring. Kesenian Tari Piring berasal dari Provinsi Sumatra Barat dan berkembang dalam masyarakat Minangkabau.

Tari Piring melibatkan tarian dengan atraksi menggunakan properti piring. Para penari mengayunkan piring untuk mengikuti gerakan cepat dan teratur tanpa terlepas dari tangan mereka.

Menurut modul pembelajaran oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tari piring biasanya ditampilkan oleh tiga hingga lima orang penari yang memegang dua hingga tiga piring pada tangannya serta menggunakan aksesoris gelang lonceng kecil yang diikat pada kaki penari.

Pengiring Tari Piring adalah musik yang dihasilkan dari alat musik dari Sumatera Barat, yakni bong dan saluang.

Pola Lantai Tari Piring

Pola lantai yang digunakan dalam tari Piring umumnya berupa pola lantai garis lengkung yang memberi kesan lembut tetapi juga manis, menurut Buku Seri Kreatif Tematik SD/MI oleh Tim Tunas Karya Guru.

Pola lantai Tari Piring berupa garis lengkung ini berhubungan dengan unsur magis atau keagamaan dan banyak digunakan pada tari tradisional. Pola lantai garis lengkung bisa membentuk lingkaran, angka delapan, lengkung seperti busur yang menghadap ke depan dan belakang, dan lengkung ular.

Menurut buku Seni Budaya dan Keterampilan, ada tiga macam pola lantai dalam Tari Piring, yaitu:

  • Gerak masuak sambah.
  • Gerak silang samping.
  • Gerak putar piriang.

Pola Lantai Tari Piring Lampu Togok

Salah satu kreasi Tari Piring adalah Tari Piring Lampu Togok yang berasal dari Desa Gurun Bagan, Kelurahan VI Suku, Kecamatan Lubuak Sikarah, Kota Solok, Provinsi Sumatra Barat. Menurut artikel dalam jurnal Garak Jo Garik Vol. 12. No. 2., Tari Piring Togok Menggunakan pola lantai garis lurus dan lengkung.

Garis lurus memberikan kesan sederhana dan kuat, sedangkan garis lengkung memberikan kesan lembut tetapi lemah.  Pola lantai yang membentuk garis lurus merupakan simbol kekuatan yang mengandung kesederhanaan dan kebersamaan.

Pola lantai dibuat untuk memperindah pertunjukan karya tari. Oleh karena itu dalam pembuatan pola lantai harus memperhatikan beberapa hal, antara lain bentuk pola lantai, maksud atau makna pola lantai, jumlah penari, ruangan atau tempat pertunjukan, dan gerak tari.

Menurut modul oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pola lantai pada tari tradisional memiliki fungsi, yaitu:

  • Memperkuat atau memperjelas gerakan-gerakan dari peranan tertentu.
  • Membantu memberikan tekanan atau kekuatan pada suatu tokoh tertentu yang ditonjolkan.
  • Menghidupkan karakteristik gerak dari keseluruhan pertunjukan tari.
  • Membentuk komposisi, menyesuaikan tari dengan bentuk ruang pertunjukan.
  • Untuk memperindah suatu tarian.

Properti Tari Piring

Gambar Tari Piring (encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)

Properti tari adalah adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan penari. Misalnya kipas, pedang, tombak, panah, topeng, dan piring.

Secara umum, fungsi atau tujuan penggunaan properti tari yaitu sebagai penambah nilai estetika tarian yang ditampilkan serta sebagai media dalam penyampaian pesan dan makna dari tarian yang dipentaskan.

Properti Tari Piring adalah piring dan pecahan kaca dari piring kecil yang berwarna putih, seperti piring yang digunakan untuk makan.

Berdasarkan artikel dalam Garak Jo Garik Vol. 12. No. 2., penggunaan properti piring menggambarkan hasil panen yang mencukupi penduduk setempat.

Penari mengungkapkan perasaan syukur dengan ekspresi rasa gembira yang sangat atraktif dan unik dalam memainkan piring dengan seimbang dan gemulai.

Tari Piring juga menggunakan properti cincin dari bahan tempurung kemiri yang telah dilubangi dan digunakan sebagai penghasil bunyi. Penari menggunakannya di ujung jari telunjuk. Properti ini menghasilkan suara yang menimbulkan suasana kegembiraan sesudah panen padi.

Selain itu, dentingan cincin berfungsi untuk menunjukan aksentuasi gerakan, sekaligus melengkapi suara dari alat musik tradisional dengan memukul telunjuk ke dasar piring untuk memeriahkan suasana.

Makna Tari Piring

Makna Tari Piring mencerminkan kehidupan masyarakat tradisional Minangkabau saat mereka bekerja di sawah. Tarian ini mengungkapkan kebahagiaan para petani sekaligus rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang sukses.

Pada awalnya, tari piring merupakan pemujaan terhadap Dewi Padi dan penghormatan atas hasil panen. Kedatangan Islam membawa perubahan kepercayaan dan konsep tarian ini. Saat ini, Tari Piring lebih sering diadakan pada acara pernikahan.

Berdasarkan publikasi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, gerakan Tari Piring meniru cara petani bercocok tanam. Penggunaan piring diisi makanan yang lezat menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa syukur.

Busana Tari Piring

Mengutip Ensiklopedia Jakarta, Tari Piring mengenakan busana khusus. Busana Tari Piring yang dikenakan penari lelaki berupa baju rang mudo atau baju gunting China yang berlengan lebar berhias renda emas (missia) dengan bawahan saran galembong, yaitu celana berukuran besar yang bagian tengahnya (pesak) berwarna sama dengan atasannya.

Adapun aksesoris yang dikenakan penari pria adalah sebagai berikut.

  • Sisamping: Kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas lutut.
  • Cawek: Ikat pinggang yang juga terbuat dari songket dengan hiasan rumbai di bagian ujungnya.
  • Destar: Penutup kepala yang terbuat dari bahan songket berbentuk segitiga dan dikenakan dengan cara mengikatnya di kepala.

Busana penari perempuan terdiri baju kurung berbahan satin atau beludru dengan bawahan berupa kain songket. Aksesoris yang dikenakan berupa:

  • Selendang: Berbahan songket dikenakan di bagian kiri badan.
  • Tikuluak tanduak balapak: Penutup kepala khas perempuan Minang yang berbahan songket dan bentuknya menyerupai tanduk kerbau. Perhiasan yang dikenakan berupa kalung rumbai dan kalung gadang serta subang atau giwang.