Damar Wulan, Kesenian yang Menceritakan Kisah Konflik Dua Wilayah

ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa.
Ilustrasi, para penari menampilkan kesenian khas Banyuwangi saat pawai budaya di Jembrana, Bali, Kamis (18/8/2022). Pawai budaya yang mengusung tema "Jagat Kerthi" tersebut merupakan rangkaian peringatan HUT ke-127 Kota Negara dengan melibatkan sekitar 2.000 seniman.
Penulis: Tifani
Editor: Agung
31/8/2022, 13.54 WIB

Salah satu kesenian tradisional asal Jawa Timur yang unik dan menyimpan cerita menarik adalah Damar Wulan. Kesenian ini berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur, yang menggabungkan tari tradisional dan olah peran.

Bisa dikatakan, Damar Wulan merupakan kesenian yang menggambarkan alkulturasi dua kebudayaan, yakni budaya Banyuwangi dan Bali.

Kesenian Damar Wulan memiliki kemiripan dengan Ludruk maupun Ketoprak, di mana para pemainnya harus mahir menari dan bermain seni peran sekaligus. Dalam setiap pertunjukannya, Damar Wulan dibagi dalam empat babak pertunjukan.

Setiap bagian akan dimainkan oleh 40 sampai 50 pemain. Para pemain kesenian Damar Wulan juga menggunakan bahasa Jawa dalam setiap dialognya.

Dialog kesenian Damar Wulan berbentuk tembang atau nyanyian dalam bahasa Jawa. Jalan cerita dalam kesenian Damar Wulan diatur dan dipimpin oleh seorang dalang yang fungsi dan kedudukannya mirip dengan dalang dalam pementasan seni wayang orang pada umumnya.

Kisah di Balik Kesenian Damar Wulan

Nama kesenian Damar Wulan diambil dari nama tokoh yang diperankan dalam kesenian ini, yaitu Damar Wulan. Kisah Damar Wulan ini cukup populer di kalangan masyarakat. Ada beberapa versi lakon, sendratari maupun cerita tertulis yang telah dibuat mengenai kisah Damar Wulan ini.

Umumnya, kisah kisah tersebut adalah berdasarkan serat Damar Wulan, yang diperkirakan mulai ditulis pada masa akhir keruntuhan Majapahit. Saat itu, pemerintahan Majapahit terbagi menjadi dua, yakni Majapahit Brangwetan dan Majapahit Brangkulon.

Majapahit Brangwetan dikuasai oleh Bhre Wirabumi atau Minak Jinggo yang merupakan adipati Blumbung yang terletak di Blambangan. Sementara, Brangkulon dikuasai oleh Gusti Putri Kencono Wungu, yang merupakan putri dari Hayam Wuruk.

Dalam usahanya untuk menyatukan dua wilayah kekuasaan ini, Minak Jinggo berkeinginan untuk menyunting Kencono Wungu. Namun, lamaran Adipati Blambangan ini ditolak oleh Kencono Wungu.

Pada suatu malam, Kencono Wungu mendapat wahyu bahwa ada seorang pemuda yang pekerjaannya mencari rumput yang sanggup mengalahkan Minak Jinggo.

Saat itu, Majapahit Brangkulon memiliki seorang patih bernama Loh Gender. Patih Loh Gender ini memiliki seorang ponakan yang bernama Damar Wulan, yang perawat kuda sekaligus pencari rumput. Berkat kepandaiannya, Damar Wulan berhasil menjadi abdi andalan sang Patih.

Maka, berlandaskan wahyu yang diterimanya, Kencono Wungu memerintahkan Damar Wulan untuk memimpin pasukan menyerang Blambangan. Damar Wulan dijanjikan akan dinikahi oleh Kencono Wungu apabila berhasil mengalahkan Minak Jinggo.

Berkat bantuan dua selir Minak Jinggo, yakni Waeta dan Puyengan, Damar Wulan berhasil mendapatkan senjata pusaka "gada wesi kuning". Senjata ini ia gunakan untuk mengalahkan Minak Jinggo.

Sebagai bukti atas kemenangannya, maka Damarwulan membawa kepala Minak Jinggo sebagai persembahan kepada Kencono Wungu. Atas keberhasilannya mengalahkan Minak Jinggo, Kencono Wungu menepati janjinya dan kemudian menikahi Damar Wulan.

Sejak saat itu, Damar Wulan menjadi raja Majapahit dengan gelar Brawijaya V, dan memerintah dengan didampingi permaisuri Kencono Wungu.

Versi Lain Cerita Damar Wulan

Ada banyak versi cerita yang mendasari kesenian Damar Wulan ini. Salah satu yang terkenal, adalah versi yang ditulis Sanusi Pane.

Sanusi Pane merupakan salah seorang sastrawan Indonesia yang digolongkan dalam angkatan pujangga baru. Ua menulis naskah Damar Wulan, yang diberi judul "Sandakala Ning Majapahit".

Dalam naskah drama yang ia susun ini, akhir ceritanya sangat berbeda dengan serat Damar Wulan yang dijadikan sebagai dasar pembuatan naskah Damar Wulan.

Dalam versi yang ditulis Sanusi Pane ini, nasib Damar Wulan berakhir menyedihkan. Damar Wulan dituduh berkhianat dan tidak dinikahkan dengan Kencono Wungu. Sang Pahlawan akhirnya dihukum mati. Setelah itu, Majapahit ditumbangkan oleh pasukan Kerajaan Demak

Terlepas dari beberapa versi yang beredar mengenai kisah Damar Wulan, kesenian tradisional asal Banyuwangi cukup populer bagi masyarakat Jawa Timur.

Kesenian ini, sering ditampilkan dalam seni tari, wayang maupun teater rakyat. Di Banyuwangi, teater rakyat yang sering mementaskan lakon Damar Wulan disebut sebagai kesenian Janger.