Aneka Tambang (Antam) menargetkan produksi dan penjualan hasil tambangnya pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Pada kuartal I 2019, Antam mencatatkan penjualan sebesar Rp 6,22 triliun atau naik 9% dibandingkan periode sama tahun lalu, yaitu Rp 5,7 triliun.
Tahun ini, target produksi feronikel Antam sebesar 30.280 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau meningkat 21% dibandingkan dengan realisasi produksi pada tahun lalu, yaitu 24.868 TNi. Sedangkan target penjulannya 30.280 atau meningkat 25% dibandingkan realisasi tahun lalu yaitu 24.135 TNi.
Lalu, target produksi emas 2.036 kilogram (kg) dari tambang emas di Pongkor di Kabupaten Bogor dan Cibaliung di Kabupaten Banten, Jawa Barat. Adapun target penjualan emas mencapai 32.036 kg atau meningkat 14% dibandingkan realisasi penjualan emas tahun lalu yaitu 27.891 kg.
(Baca: Penjualan Naik 9%, Laba Bersih Antam Justru Turun di Kuartal I 2019)
Kemudian, target produksi bijih nikel sebesar 10,50 juta wet metrik ton (wmt) atau meningkat 12% dibandingkan realisasi produksi tahun lalu sebesar 9,31 juta wmt. Adapun target penjualnnya sebesar delapan juta wmt termasuk penjualan domestik dan ekspor, atau tumbuh 26% dibandingkan realisasi tahun lalu yaitu 6,33 juta wmt.
Untuk produksi bijih bauksit ditargetkan sebesar 3,17 juta wmt atau tumbuh 188% dibandingkan realisasi tahun lalu yaitu 1,10 juta wmt. Sedangkan penjualannya ditargetkan sebesar 3,22 juta wmt atau naik sebesar 250% dibandingkan tahun lalu yaitu 920 ribu wmt.
(Baca: Antam Kerja Sama Pengembangan Nikel dengan Dua Perusahaan Tiongkok)
Direktur Niaga Antam Apriliandi H. Setia mengatakan pihaknya berharap perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tingkok bisa mereda pada Juni agar harga emas lebih stabil. Emas merupakan komoditas yang berkontribusi besar terhadap pendapatan perusahaan.
"Harga emas masih fluktuatif karena perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat, terpengaruh The fed dan logam emas," ujarnya, saat ditemui di Jakarta, Senin (21/5) malam.
Ia menambahkan, Antam juga terus mengembangkan bisnis, di antaranya lewat pembangunan pabrik feronikel di Halmahera Timur (P3FH). Hingga Maret tahun ini, progresnya telah mencapai 95%. Ditargetkan konstruksi pabrik ini akan memasuki tahap uji coba pada semeter kedua 2019.
(Baca: Antam Jajaki Peluang Penjualan Baterai Kendaraan Listrik)
Lalu, proyek Nickel Pig Iron (NPI) blust furnace akan memulai fase produksi pada triwulan empat 2020 pada dua line pertama dari total delapan line. Nantinya proyek NPI akan memiliki kapasitas produksi 320 ribu ton NPI atau setara dengan 30 ribu ton nikel dalam NPI (TNi).
Kemudian, proyek Smelter Grade Aluminia Refinery (SGAR), yang bekerja sama dengn PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Proyek ini dipegang oleh PT Borneo Aluminia Indonesia. Konstruksi proyek SGAR berlangsung dalam dua tahap dengan total kapasitas produksi 2 juta ton aluminia per tahun. Nilai investasinya sebesar US$ 850 juta. Pencanangan pembangunan telah dilakukan pada tahun lalu.