Pembangunan fasilitas regasifikasi gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) selama enam tahun terakhir mengalami stagnasi. Padahal, infrastruktur ini merupakan salah satu kunci meningkatkan penggunaan gas di dalam negeri.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sejak tahun 2012 jumlah fasilitas regasifikasi LNG tidak bertambah. "Indonesia baru punya regasifikasi tahun 2012 sampai sekarang ada empat fasilitas," kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, di acara lokakarya, Jakarta, Kamis (1/11).
Empat fasilitas itu yakni regasifikasi Arun-Belawan di Aceh. Lalu, fasilitas unit regasifikasi terapung (Floating Storage Regasification Unit/FSRU) di Lampung. Kemudian, FSRU Nusantara Regas di Jawa Barat, dan FSRU Tanjung Benoa di Bali.
Menurut Amien, infrastruktur gas merupakan kunci utama agar gas bisa terserap oleh konsumen domestik. Apalagi, galangan kapal di Indonesia mampu mendesain kapal pengangkut LNG sehingga bisa dimanfaatkan badan usaha untuk mengembangkan bisnis LNG di dalam negeri.
Keterbatasan infrastruktur LNG itu membuat pertumbuhan kebutuhan LNG domestik melambat. Dalam lima tahun, pertumbuhan hanya dua kali lipat, dari tahun 2013 yang mencapai 1,5 juta ton per tahun (MTPA).
Jadi, SKK Migas membuka peluang bagi perusahaan yang ingin berbisnis LNG skala kecil. Harapannya, bisa menambah jumlah fasilitas LNG kecil, sehingga meningkatkan permintaan.
Badan usaha bisa membuka bisnis gas dengan memasok LNG untuk kebutuhan perumahan, hotel, atau pusat perbelanjaan (mall) dengan mobil iso tank yang menyediakan fasilitas regasifikasi. Cara ini, berpotensi meningkatkan penyerapan LNG domestik.
Perusahaan pun tak perlu khawatir mengenai alokasi gas untuk mengembangkan fasilitas mini LNG tersebut. SKK Migas akan mengamankan alokasi tersebut dengan memintanya ke Menteri ESDM. “SKK migas akan dukung penuh alokasi yang dibutuhkan perusahaan," kata dia.
(Baca: PGN Akan Bangun Fasilitas LNG di Papua Barat)
Salah satu perusahaan swasta yang berhasil memasok LNG melalui fasilitas mini LNG adalah Laras Energy. Mereka memasok untuk kebutuhan Hotel Hilton di Bandung.
Manajemen Hotel Hilton, Soraya mengatakan pihaknya menyambut positif penggunaan LNG untuk kebutuhan hotel tersebut. Sebelumnya Hilton Bandung menggunakan elpiji untuk kegiatan perhotelan seperti memasak.
Dengan menggunakan LNG, Hotel Hilton mampu menghemat emisi karbon sebanyak 46 ton. "Ini setara 75 mobil di jalan raya," kata Soraya.