Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuat simulasi mengenai untung rugi penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atap. Penghitungan ini, dengan melihat manfaat bagi masyarakat dan dampaknya bagi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Kepala Seksi Keteknikan Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Ezrom MD Tapparan mengatakan penerapan PLTS akan mempengaruhi pendapatan PLN. Ini karena pelanggan mereka bisa menghasilkan listrik secara mandiri.
Dari simulasi yang dilakukan, PLN akan kehilangan pendapatan Rp 270 miliar per bulan. Ini dengan asumsi 90% pelanggan PLN memasang panel surya. “Dua hari yang lalu dengan hitungan 600 ribu pelanggan, PLN setiap bulannya, PLN akan kehilangan 270 miliar per bulan," kata Ezrom, di Jakarta, Kamis (30/8).
Namun, kehilangan itu tidak mencapai 1% dari pendapatan PLN yang didapatkan setiap bulannya. Karena, menurut Ezrom dalam satu bulan pendapatan PLN bisa mencapai Rp 20 triliun.
Di sisi lain, penerapan pembangkit listrik panel surya ini akan berdampak pada masyarakat atau pengguna PLTS. Pelanggan PLN yang menggunakan PLTS dapat lebih berhemat, karena sebagian listrik yang akan didapatkan gratis dari matahari.
Program Manager Institute for Essential Service Reform (IESR) Marlistya Citraningrum mengatakan untuk mendorong masyarat menggunakan panel surya atap ini dibutuhkan peran dari semua pihak, baik pemerintah, asosiasi maupun individu. "Gerakan ini adalah program bersama masyarat, aosiasi kementerian individu," ujar dia.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvie F. Roekman mengatakan pemakaian panel di atap membuat konsumsi listrik berkurang. ”Pasti mengurangi pemakaian, tapi kami di PLN tidak bisa bilang tak boleh," kata dia di Jakarta, Jumat (3/8).
(Baca: Panel Surya Ancam Bisnis PLN)
Adapun, selama enam bulan terakhir konsumsi listrik PLN mencapai 112,46 Tera Watt hour (TWh) atau tumbuh 4,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun capaian tersebut masih lebih rendah dari target tahun ini yang mencapai 239 Twh.