Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi investasi hulu migas tahun depan akan meningkat 10% dibandingkan rencana kerja dan anggaran (work, plan and budged/WP&B) tahun ini sebesar US$ 12,29 miliar. Penyebabnya adalah harga minyak yang mulai meningkat.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan prediksi itu memang masih bersifat sementara karena WP&B masih dalam pembahasan. “Itu kami perkirakan investasi migas bisa di atas US$ 12 miliar. Mudah-mudahan dengan harga minyak naik, kami optimis tahun depan bisa meningkat," kata dia di Jakarta, Rabu (13/12).
Wisnu mengatakan investasi hulu migas tahun depan sebagian besar akan didominasi oleh investasi di blok eksploitasi. Alasannya kontraktor migas dituntut untuk mengoptimalkan produksi. Namun, kegiatan di blok eksplorasi juga tetap ditingkatkan seiring dengan kenaikan harga minyak.
Di sisi lain, realisasi investasi hulu migas Januari- November 2017 diperkirakan telah mencapai US$ 8 miliar hingga US$ 9 miliar. Hingga akhir tahun ini, SKK Migas memperikarakan akan menyentuh US$ 10,5 miliar hingga US$ 11 miliar.
Menurut Wisnu salah satu penyebab target tidak tercapai adalah minimnya investasi di blok eksplorasi. "Kami akan kejar sampai akhir tahun. Ini kan akhir tahun saja belum," kata dia.
Adapun asumsi harga minyak yang dipakai untuk tahun depan adalah US$ 48 per barel, sesuai dengan target APBN 2018. Namun angka itu bisa berubah seiring dengan perkembangan harga minyak termutakhir.
Sementara itu tahun depan SKK Migas dan KKKS telah menyusun perkiraan awal program kerja di blok eksploitasi maupun eksplorasi di 2018. Perinciannya adlaah pengeboran sumur ulang sebannyak 483, perbaikan sumur sebanyak 41.806 kegiatan, pengeboran sumur pengembangan sebanyak 175 sumur. Pengeboran sumur sisipan sebanyak 39 sumur, studi Geologi dan Geofisika (G&>), total seismik dua dimensi (2D) sepanjang 3.150 km, total seismik run tiga dimensi (3D) sepanjang 3.011 km.
Untuk blok eksplorasi, program kerja tahun depan di antaranya yakni studi G&> sebanyak 118, seismik dan survei lainnya sebanyak 45 kegiatan, pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 103 sumur. Kemudian ada administrasi untuk kegiatan eksplorasi sebanyak 32 kegiatan.
Dengan kegiatan itu, target produksi siap jual (lifting) minyak tahun depan sebesar 800 ribu bph atau lebih rendah dibandingkan target APBNP 2017 yang mencapai 815 ribu barel per hari. Sementara target gas sebesar 6.720 mmscfd, lebih tinggi dibandingkan target dalam APBNP 2017 sebesar 6.440 mmscfd.
Capaian itu juga akan ditopang beberapa proyek yang akan mengalami puncak produksi. Pertama, proyek lapangan BD di blok Madura Strait, Lapangan Bukit Tua di Ketapang, Bambu Besar di wilayah kerja Pertamina EP , dan Lapangan Jangkrik dan NE Jangkrik di Blok Muara Bakau.
Selain itu ada lima proyek baru yang akan beroperasi tahun depan. Pertama, lapangan Parit di blok kisaran. Kedua, lapangan Tutung di Blok Bontang. Ketiga, lapangan Kedung Keris di Blok Cepu. Keempat, POFD lapangan Papa di blok ONWJ, dan lapangan Blok A di Blok A.
(Baca: Produksi Blok Cepu Akan Bertambah Mulai 2019)
Total produksi minyak dari proyek tersebut adalah 17.860 bph. Sedangkan gas sebanyak 618 mmscfd untuk tahun depan.