Pemerintah telah menetapkan target capaian produksi siap jual (lifting) minyak bumi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 sebesar 800 ribu barel per hari (bph). Target tersebut lebih rendah dari tahun ini.

Adapun tahun ini, target lifting dalam APBN dan APBNP 2017 dipatok 815 ribu bph. Sementara itu, sejak awal Januari hingga akhir Juni lalu, capaiannya masih 802 ribu bph.

(Baca: Lifting Minyak dan Gas Bumi Semester I 2017 Turun)

Di sisi lain, target lifting gas dalam RAPBN 2018 lebih tinggi dari tahun ini. Tahun depan, pemerintah mematok target lifting gas 1,2 juta barel setara minyak per hari (bsmph). Sedangkan tahun ini 1,15 juta bsmph.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan target lifting minyak yang lebih rendah dan gas yang lebih tinggi ini memang menjadi salah satu fenomena yang wajar. Apalagi temuan cadangan baru sangat minim. “Secara relatif cadangan gas Indonesia saat ini lebih besar dibandingkan minyak,” kata dia kepada Katadata, Jumat (18/10).

Untuk meningkatkan lifting minyak itu, salah satu kuncinya adalah eksplorasi. Namun, eksplorasi juga tidak mudah karena butuh perangkat regulasi dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada iklim investasi.

Namun, menurut Komaidi, beberapa regulasi yang ada di Indonesia masih banyak dikeluhkan oleh kontraktor migas. Para investor ini menilai sebagian regulasi ini bukan memfasilitasi, melainkan menghambat. “Salah satu yang dikeluhkan adalah peraturan menteri mengenai Gross Split,” ujar dia.

Sejak awal Januari hingga akhir Juni, investasi hulu migas mencapai US$ 3,98 miliar, dengan rincian US$ 3,96 untuk blok eksploitasi, sisanya eksplorasi. Sedangkan target dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) tahun ini adalah US$ 13,80 miliar.

(Baca: Selama Enam Bulan 2017, Investasi Hulu Migas Baru 29% dari Target)

Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, capaian tersebut juga masih rendah. Sepanjang semester I tahun 2016, realisasi hulu migas mencapai US$ 5,65 miliar. Rinciannya investasi di blok eksploitasi sebesar US$ 5,51 miliar, sisanya blok eksplorasi.