Fasilitas produksi minyak dan gas bumi (migas) milik ConocoPhillips di Sumatera Selatan dapat beroperasi lebih cepat daripada target. Proyek Sumpal Compression ini awalnya ditargetkan baru beroperasi pada Juni mendatang.
Namun, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Muliawan mengatakan proyek tersebut sudah mulai beroperasi awal April lalu. "Sumpal Compression dengan KKKS ConocoPhilips (Grissik) sudah onstream pada 4 April 2017," ujarnya kepada Katadata beberapa hari lalu.
(Baca: BPK Temukan Penyimpangan Cost Recovery ConocoPhillips dan Total)
SKK Migas mencatat, fasilitas produksi ini memiliki kapasitas 310 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Proyek Sumpal Compression merupakan salah satu dari 14 proyek migas yang ditargetkan SKK Migas bisa beroperasi tahun ini.
Selain Sumpal Compression, terdapat beberapa proyek migas lain yang sudah beroperasi. Pertama, Proyek Ario Damar-Sriwijaya oleh Tropik Energi Pandan. Proyek ini onstream pada 24 Januari lalu dengan kapasitas produksi untuk minyak sebesar 2.000 barel per hari (bph).
Kedua, proyek Kepodang Phase II oleh Petronas Carigali Muriah Ltd. Proyek ini merupakan modifikasi fasilitas untuk mempertahankan tingkat produksi yang sudah ada dengan kapasitas sebesar 116 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Proyek ini sudah beroperasi pada 11 Februari lalu.
Ketiga, proyek Ridho oleh Odira Energy Karang Agung dengan kapasitas produksi sebesar 2.000 bph. Fasilitas produksi ini sudah mulai beroperasi pada 19 Februari lalu. Keempat, proyek Cikarang Tegal oleh Pertamina EP. Fasilitas ini memiliki kapasitas produksi gas 14 mmscfd dan sudah beroperasi pada 26 Februari lalu.
(Baca: Pertamina Mulai Alirkan Gas Lapangan Cikarang Tegal Pacing)
Kelima, Proyek PHE 12 yang dioperasikan oleh PHE WMO. Proyek berkapasitas produksi 3.000 bph untuk minyak dan 1,7 mmscfd untuk gas ini telah beroperasi pada 11 Maret lalu.
Keenam, proyek CPP 2 yang juga dioperasikan oleh PHE WMO dengan kapasitas produksi sebesar 12.650 bph untuk minyak dan gas 33 mmscfd. Proyek ini telah beroperasi pada 11 Maret lalu.
Dari total 14 proyek migas tersebut, masih tersisa tujuh proyek migas lain yang belum beroperasi. Di antaranya proyek fasilitas produksi Madura BD oleh Husky CNOOC Madura Ltd. Kapasitas produksinya sebesar 6.600 bph untuk minyak, dan 110 mmscfd untuk gas. Proyek ini ditargetkan bisa beroperasi bulan ini.
Selain itu ada Proyek Jangkrik oleh Eni Muara Bakau Ltd dengan kapasitas 450 mmscfd, akan berproduksi pertama kali pada Juli nanti. Ada juga proyek PHE 24 oleh PHE WMO, yang bisa memproduksi 100 bph minyak dan 10 mmscfd gas. Proyek ini mundur dari target sebelumnya yang direncanakan bisa beroperasi pada November 2016. Alhasil proyek ini ditargetkan bisa berproduksi pada September mendatang.
(Baca: SKK Migas Targetkan 14 Proyek Hulu Migas Beroperasi Tahun Ini)
Terakhir, proyek milik Chevron Pacific Indonesia yakni Petapahan Waterflood Facility Upgrade. Fasilitas produksi sebesar 9.000 bph ini akan beroperasi pada September nanti.