PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan energi terbesar di Tanah Air sekaligus kepanjangan tangan pemerintah berperan penting dalam upaya Indonesia mencapai kemerdekaan energi melalui transisi ke energi baru dan terbarukan (EBT).
Kemerdekaan energi merupakan tujuan strategis yang diupayakan oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Konsep ini mengacu kepada kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri, tanpa bergantung pada impor energi dari luar negeri.
Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya fosil, EBT muncul sebagai solusi penting untuk mencapai kemerdekaan energi.
Dalam gelaran Katadata Sustainability Action for the Future Economy (SAFE) 2024, Rabu (7/8), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, per Juni 2024 Indonesia memiliki potensi EBT mencapai 3.687 gigawatt (GW). Berdasarkan jenis energinya, energi surya memiliki potensi paling besar, yaitu 3.294 GW.
Melalui berbagai proyek strategis, subholding PT Pertamina (Persero), yakni Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) telah melakukan beberapa inisiatif untuk mewujudkan kemandirian energi di tengah transisi energi dengan memanfaatkan EBT.
Beberapa inisiatif utama yang dijalankan oleh Pertamina NRE meliputi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), proyek panas bumi oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE), serta inisiatif pengembangan hidrogen dan carbon trading.
“Pertamina NRE tidak hanya berkontribusi terhadap kemerdekaan energi Indonesia, tetapi juga menyiapkan negara ini untuk menjadi pemain utama dalam peta energi global di masa depan,” ungkap Corporate Secretary Pertamina NRE melalui wawancara tertulis kepada Katadata, Selasa (20/8).
PLTS Rokan, Langkah Awal Menuju Energi Bersih
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rokan dengan kapasitas 25,7 megawatt (MW) menjadi salah satu tonggak penting dalam upaya Pertamina NRE untuk mendukung transisi energi bersih di Indonesia.
Penggunaan energi ramah lingkungan ini berpotensi menghasilkan efisiensi hingga US$4,3 juta per tahun. Pengurangan pemakaian bahan bakar gas yang bisa diraih sebesar 352 juta metrik standar kaki kubik (MMSCF) per tahun.
PLTS ini dibangun untuk menyuplai energi ke Blok Rokan, salah satu blok minyak terbesar di Indonesia, yang dioperasikan oleh PT Pertamina Hulu Rokan. Dengan memanfaatkan energi surya, PLTS ini mampu mengurangi emisi karbondioksida (CO2) secara signifikan.
“PLTS Rokan mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 23 ribu ton CO2eq/tahun atau setara dengan penanaman sekitar 1 juta pohon,” kata Corporate Secretary Pertamina NRE. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk menekan dampak perubahan iklim dan mencapai target emisi karbon yang lebih rendah.
PLTGU Jawa-1, Inovasi dalam Pemanfaatan Gas Alam
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 adalah proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap berkapasitas 1.760 MW yang dibangun di Jawa Barat dan terintegrasi dengan Floating Storage Regasification Unit (FSRU). PLTGU Jawa-1 memanfaatkan gas sebagai sumber energi utama, yang merupakan energi bersih dengan rendah emisi karbon.
Corporate Secretary Pertamina NRE mengungkapkan, PLTGU Jawa-1 membantu menurunkan intensitas emisi karbon dalam produksi listrik nasional. “Dengan menggunakan teknologi terbaru PLTGU Jawa-1 dapat menurunkan 3,3 juta ton CO2eq/tahun,” ungkapnya.
Selain itu, penggunaan gas yang sebagian besar bersumber dari dalam negeri, mengurangi ketergantungan impor bahan bakar dan meningkatkan kemandirian energi.
PGE Terus Berprestasi dan Berinovasi
PGE, anak usaha Pertamina NRE, telah mencapai berbagai prestasi dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Salah satu pencapaian penting adalah penghargaan PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Selain itu, PGE juga diakui atas penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam operasionalnya, serta inovasi teknologi yang diakui secara internasional. MIsalnya, paten alat Flow2Max yang meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Kepada Katadata, Corporate Secretary Pertamina NRE mengungkapkan, teknologi Flow2Max telah terpasang di lima sumur produksi PGE Area Lahendong setelah sebelumnya melalui proses purwarupa dan pengujian. Teknologi ini juga membantu PGE dalam deteksi dini masalah teknis di sumur.
Carbon Trading, Upaya Mengurangi Emisi Lewat Pasar Karbon
Sebagai bagian dari komitmen untuk mendukung pengurangan emisi karbon, Pertamina NRE juga aktif dalam skema perdagangan karbon (carbon trading). Melalui inisiatif ini, Pertamina NRE berkontribusi dalam pengembangan pasar karbon domestik dan internasional.
Perdagangan karbon memungkinkan perusahaan yang berhasil mengurangi emisi karbonnya menjual kredit karbon kepada perusahaan lain yang masih memerlukan tambahan kuota emisi.
Dalam wawancara dengan Corporate Secretary Pertamina NRE, perseroan memiliki kredit karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong Unit 5 dan 6, dengan volume sekitar 864 ribu tCO2e, yang dihasilkan selama periode 2016-2020. Kredit karbon ini telah memenuhi standar nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Kredit karbon Pertamina NRE saat ini menguasai 93 persen pangsa pasar kredit karbon di Indonesia,” katanya.
Hidrogen Refueling Station, Masa Depan Energi Hijau
Pertamina NRE juga sedang menjajaki pengembangan hidrogen sebagai salah satu sumber energi masa depan. Salah satu proyek yang sedang dikembangkan adalah stasiun pengisian bahan bakar hidrogen (Hydrogen Refueling Station) yang akan menjadi bagian penting dari portofolio energi bersih untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Perusahaan berkomitmen untuk mendukung upaya dekarbonisasi. Pengembangan hidrogen, terutama hidrogen hijau yang dihasilkan dari energi terbarukan, sejalan dengan tujuan untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia.
PLTBG Sei Mangkei, Manfaatkan Biogas
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei Mangkei merupakan inisiatif Pertamina NRE dalam memanfaatkan limbah industri untuk menghasilkan energi. Proyek ini berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatera Utara, dan memanfaatkan biogas dari limbah kelapa sawit (POME) untuk menghasilkan listrik.
Melansir katadata.co.id, PLTBg Sei Mangkei memanfaatkan POME sebagai bahan bakar pembangkit dengan kapasitas penyerapan rata-rata mencapai 212.239 m3 per tahun. Dengan begitu, PLTBg tersebut sejak beroperasi mampu menurunkan emisi karbon sekitar 240 ribu tCO2e.
Melalui berbagai inisiatif itu, Pertamina NRE berperan sebagai motor penggerak transisi energi di Indonesia. Proyek-proyek yang dijalankan tidak hanya berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional.
Dengan terus mengembangkan energi bersih, Pertamina NRE mendukung visi Indonesia untuk mencapai kemerdekaan energi dan menjadi bagian dari solusi global dalam menangani perubahan iklim serta mendukung Indonesia mencapai target net zero emission pada 2060.