Direktur PLN Ungkap Jurus Peningkatan Pemanfaatan EBT

ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc.
28/11/2024, 12.34 WIB

Upaya untuk mencapai kedaulatan energi tidak bisa dilepaskan dari pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Sebagai perusahaan pelat merah, PT PLN (Persero) berkomitmen untuk mendukung cita-cita tersebut dengan menghadirkan listrik yang ditenagai EBT.

PT PLN (Persero) berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen melalui listrik hijau. PLN siap menyediakan energi bersih dan terjangkau untuk mendukung target tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi pada hari kedua Konferensi tahunan PBB di bidang iklim COP 29 di Baku, Azerbaijan. Dalam sesi diskusi tersebut mengungkapkan sejumlah strategi dan tantangan yang telah dilakukan PLN.

“Saat ini kami mengurangi penggunaan batubara (untuk pembangkit listrik), kami menyebut itu dengan istilah coal phase down”, ujar kata Haryadi di Paviliun Indonesia, Baku Azerbaijan, pukul 15.30 waktu setempat (12/11).

Lebih lanjut, Haryadi mengungkapkan bahwa PLN juga berencana untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik sebesar 100 GigaWatt (GW) di mana 75 persennya berbasis energi terbarukan hingga 2040 mendatang. Ia juga merinci 75 persen atau sekitar 75 GW pembangkit tersebut akan ditenagai energi terbarukan berbasis hidro, angin, surya, panas bumi, dan bioenergi. Rencana ini akan menjadi agregator utama PLN dalam melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan dan dijalankan dari hulu ke hilir.

Pada kesempatan tersebut, Haryadi juga menyinggung soal penggunaan smart grid sebagai solusi untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga surya dan angin sebagai sumber EBT.

“Normalnya, tanpa smart grid kita hanya mampu (meningkatkan kapasitas pembangkit listrik EBT) hingga 5 GW. Tapi dengan smart grid (kapasitas) dapat mencapai 40 GW,” terang Haryadi terkait solusi pemanfaatan EBT tersebut.

Namun demikian, Haryadi mengungkapkan bahwa misi PLN ini bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah kondisi geografis Indonesia yang berupa negara kepulauan. Kondisi geografis Indonesia yang sedemikian rupa, menurut Haryadi, membuat sumber energi terletak jauh dari titik-titik yang membutuhkan suplai atau pasar.

Mengatasi hal tersebut, PLN telah membangun jalur transmisi untuk menyalurkan energi ke pulau-pulau di Indonesia.

“Kami (PLN) telah memetakan sumber EBT, dalam hal ini hidro dan geothermal. Karena sumber energi terletak jauh dari titik permintaan (pasar) maka kami perlu membangun jalur transmisi sepanjang 70.000 kilometer circuit” terang Haryadi.

COP adalah konferensi tahunan PBB di bidang iklim yang dihadiri oleh semua negara anggota konvensi. Tahun ini COP telah memasuki masa penyelenggaraan ke-29 yang berlokasi di Baku, Azerbaijan. Berlangsung selama 11-22 November 2024, COP kali ini berfokus pada pembiayaan iklim untuk mengurangi emisi global.