Strategi Bisnis Hijau Tingkatkan Daya Saing Petani dan Pengusaha Lokal

IDH/Beawiharta
Pekerja PT Asal Jaya, menyortir biji kopi Robusta untuk pangsa pasar ekspor, Malang, Jawa Timur.
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
15/10/2019, 16.19 WIB

Ada ketimpangan antara pertumbuhan konsumsi kopi nasional dengan tingkat produksi kopi di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Padahal, Indonesia merupakan negara produsen utama kopi dunia dengan varian produk yang beragam dan kualitasnya diakui di pasar internasional.

Menurut Darmin, kendala lain dalam mengembangkan kopi di Indonesia adalah masih kecilnya luasan lahan kebun kopi yang digarap petani. Dari data terakhir, kebun kopi yang dikelola keluarga petani di Indonesia baru seluas 0,71 hektare per keluarga untuk jenis robusta dan 0,6 hektare untuk jenis arabika.

Padahal, kata Darmin dalam Gathering dan Roundtable Discussion tentang Strategi Kebijakan dan Program Pengembangan Kopi Indonesia untuk Merespons Kebutuhan Agroindustri Kopi Global, seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu, 8 Agustus 2018, luasan kebun yang ideal untuk setiap keluarga petani adalah 2,7 hektare setiap keluarga.

Dari sisi produktivitas juga terhitung masih rendah dari potensi yang bisa digali. Produktivitas kopi petani kini sekitar 0,53 ton per hektare dari total potensi sebesar 2 ton per hektare untuk kopi robusta dan 0,55 ton per hektare dari total potensi 1,5 ton per hektare untuk kopi arabika.

Kombinasi dua permasalahan itu berimplikasi pada kemampuan finansial petani untuk modal memperluas kebun. Mau intensifikasi dan peremajaan kebun jadi sangat terbatas. Padahal bila dilihat data Coffee Market Report dari International Coffee Organization (ICO) hingga akhir Juni 2018, komoditas kopi global mengalami defisit dalam beberapa tahun terakhir, yakni defisit sebanyak 1,36 juta karung pada 2017. Menurut Darmin, kondisi-kondisi itu bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengambil bagian dalam level nasional hingga global.

Produsen kopi biasanya bekerja sama dan membantu petani untuk mengamankan pasokan. Bentuk bantuan tak selalu berupa dana, tapi bisa juga berupa pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petani.

Di Jambi, Rabobank dan Nestle menggandeng mitra Kelompok Usaha Bersama (KUB) Robusta Prima. Petani memperoleh pinjaman dan mendapat pendampingan dari penyuluh lapangan Nestle.

"Dengan kerja sama ini, semua pihak mendapat kebaikan, baik petani, pemodal, dan pemerintah. Lingkungan juga tetap terjaga dan siklus kebaikan ini akan kembali digulirkan terus menerus," kata Zakki.

Di Malang, Jawa Timur, PT Asal Jaya, eskportir kopi, telah membina petani kopi dengan mengenalkan aspek ekonomi, sosial, dan ramah lingkungan (keberlanjutan). Pada 2012, Asal Jaya membina 6.000 petani dan sukses menjalankan sertifikasi 4C (common code for the coffe community). Tahun 2015 sampai 2020, Asal Jaya juga bekerja sama dengan YIDH membina 16 ribu petani.

Direktur Utama PT Asal Jaya, Hariyanto, mengungkapkan saat ini permintaan kopi jauh lebih besar dari pada suplainya. Karena itu, Asal Jaya tidak lagi fokus dalam mencari pasar, melainkan suplai, dengan ikut membina para petani kopi agar produksi mereka naik. Untuk meningkatkan produksi, perusahaan memberi pendampingan, baik dari petugas PPL maupun rekanan Asal Jaya, seperti YIDH. Sistem polikultur juga dikedepankan dari pada monokultur agar petani kopi juga bisa mendapatkan tambahan penghasilan.

Aspek perlindungan lingkungan dilakukan lewat komitmen untuk tidak menggunakan pestisida serta menggunakan  pupuk organik. Sistem sustainalbe agriculture bisnis cluster (SABC) juga diterapkan agar petani bisa berbisnis dan mandiri dalam menyediakan pupuk organik dan bibit sendiri.

Hariyanto menjelaskan Asal Jaya mengekspor kopi dari mitra petani ke Italia dan Jepang. Mereka sangat peduli pada produk hijau, peduli keamanan pangan  dan membeli dengan harga  lebih baik. “Tentu saja nilai tambah ini para petani lah yang seharusnya menikmati. Kami berjuang  mencari pembeli yang benar-benar membutuhkan kualitas dan peduli lingkungan hijau,” ungkapnya. (*)

Halaman: