Dengan 85% penduduk muslim, Indonesia adalah pasar yang besar bagi industri halal. Di era internet, beberapa perusahaan digital pun bersaing menggarap potensi ini.
Di segmen fesyen misalnya, ada e-commerce Hijup yang secara khusus menjual busana muslim. Untuk membangun kesadaran akan pentingnya berbusana muslim, CEO Hijup.com Diajeng Lestari tak ppernah gentar dengan kehadiran kompetitor.
Menurutnya, para pesaing justru menguntungkan bagi usahanya. Sebab, produk halal semakin dikenal sehingga tercipta pasar-pasar baru. "Tantangannya adalah menciptakan efisiensi dan efektivitas dengan membangun value chain," kata dia dalam acara Tech In Asia di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (24/10).
Ajeng menyatakan, produktivitas industri fesyen muslim di Indonesia saat ini masih kalah dibanding Tiongkok. Salah satu penyebabnya adalah pembiayaan dan bahan baku. Untuk itu, ekosistem menjadi elemen penting agar industri ini bisa tumbuh. "Kolaborasi bukan hanya di pebisnis fesyen muslim, tapi seluruh pelaku di industri halal ini untuk menjangkau pasar," katanya.
(Baca juga: Malaysia Diramal Jadi Negara Maju 2024, Bagaimana Peluang Indonesia?)
CEO Muslimarket Pramadita Tasmaya pun sependapat. Menurutnya, pasar muslim di Tanah Air dewasa ini tumbuh sangat cepat dibanding satu dekade lalu. "Pendorongnya adalah komunitas yang sangat besar. Setelah itu lahirlah pengusaha-pengusaha di industri halal," katanya.
Bahkan, ia optimistis bisa menjangkau pasar luar negeri dengan berkolaborasi. Saat ini, ia mengincar pasar Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura. Ke depan, ia berencana memperluas pasar hingga Timur Tengah. "Ekosistem membuat industri ini tumbuh berkesinambungan," katanya.
Hal senada disampaikan oleh CEO HalalTrip Fazal Bahardeen. Menurutnya, ekosistem yang lengkap akan membantu menurunkan biaya produksi. "Persoalannya, bagaimana menyamakan persepsi antar pelaku usaha untuk membentuk ekosistem," kata dia.
Dari sisi internal, HalalTrip fokus mengumpulkan data untuk menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Produk yang lengkap dan sesuai kebutuhan bisa meningkatkan basis pasar.
(Baca juga: Pemerintah Diminta Tingkatkan Nilai Tambah Produk Industri Manufaktur)
Adapun Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengatakan, bahwa pasar industri fesyen dunia mencapai Rp 166 triliun per tahun. Sebanyak Rp 54 triliun di antaranya merupakan pasar fesyen muslim, yang bisa digarap oleh pebisnis nasional.
Sementara Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyampaikan, potensi industri halal global diperkirakan mencapai US$ 3,1 triliun atau sekitar Rp 46.500 triliun pada 2022. Ia mencatat, pengeluaran penduduk muslim dunia untuk produk halal mencapai US$ 2 triliun sepanjang 2016.