Berdasarkan prediksi pemerintah, investasi di bidang ekonomi digital bakal meningkat tiga kali lipat menjadi US$ 130 miliar pada 2020. Berangkat dari prediksi tersebut, Pengusaha sekaligus ahli global di bidang sharing economy Benita Matofska berpendapat model bisnis sharing economy bakal kian berkembang di Indonesia.

Sharing economy atau disebut juga collaborative consumption adalah bentuk model bisnis baru yang didasarkan pada konsep berbagi sumber daya (shared resources). Dengan konsep tersebut, konsumen mendapatkan akses terhadap barang atau jasa yang mereka butuhkan. Gojek Indonesia dan Grab Indonesia adalah dua contoh perusahaan yang menggunakan model bisnis ini.

Menurut Benita, model bisnis semacam ini akan semakin menguntungkan ke depan. "Pemula (start up) sharing company memberikan valuasi (keuntungan) yang tertinggi di dunia. Sekitar 80% berasal dari model bisnis jenis ini," kata dia saat Seminar Beyond Wealth bertajuk 'A new Wave of Investments in Startup Companies' di Jakarta, Selasa (26/9).

Ia berpendapat 57,6 juta pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia bisa mengambil peluang dari model bisnis sharing economy tersebut. Apalagi, jumlah pengguna internet di Indonesia terus bertambah. Saat ini, jumlah pengguna internet berkisar 132,7 juta. (Baca juga: Tiga Bulan Lagi Go-Pay Jadi Alat Pembayaran E-commerce di Luar Gojek)

"Karena internet Indonesia merupakan yang pertumbuhannya paling cepat bahkan tiga kali dari rata-rata dunia, ini merupakan peluang," kata dia. Adapun ekonomi digital berpeluang besar untuk berkembang di beberapa sektor yaitu transportasi, penginapan dan tempat tinggal, keuangan, makanan, serta co-working and gig working.

Ke depan, Benita pun optimistis investasi di bidang ekonomi digital bakal semakin besar di Indonesia. Hal itu dengan melihat perkembangan investasi belakangan ini. "Indonesia termasuk dalam lima negara tujuan utama investor. Lihat saja Alibaba berinvestasi di Tokopedia senilai US$ 1,1 miliar dan Tencent US$ 1,2 miliar ke Gojek. China's UrWork pun berinvestasi US$ 3 juta ke Indonesia's Rework," kata dia. (Baca juga: Tak Hanya Perbankan, Pekerjaan Lain Berpotensi Hilang di Masa Depan)

Di sisi lain, Co Founder East Ventures Willson Cuaca menilai bisnis di bidang ekonomi digital tidak mudah. Rata-rata pelaku usaha di bidang ini mengalami kerugian. Tak jarang, pemula di sektor ini tak mampu bangkit dari keterpurukan. Apalagi, pelaku usaha asing juga bisa masuk ke pasar Indonesia.

"UKM di Indonesia akan sulit melawan UKM luar negeri kalau enggak efisien,” kata Wilson. (Baca juga: Bank Khawatir Fintech Asing Kuasai Pasar, BI Janji Jaga Persaingan)