PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) menyatakan komitmen investasinya sebesar US$ 6 miliar atau sekitar Rp 80 triliun untuk memperbesar kapasitas produksinya hingga dua kali lipat pada 2021. Investasi besar-besaran tersebut tujuannya untuk memenuhi kebutuhan cairan kimia pelarut naphtha crakers yang selama ini dipenuhi melalui impor.

Untuk mendukung rencana itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berjanji memberikan insentif. “Kalau memang bisa komitmen US$ 6 miliar, kami upayakan dapat tax holiday,” kata Airlangga usai pertemuan di kantornya, Jumat (10/2).

Selain itu, pemerintah juga kan memberikan bea masuk tambahan (safe guard) sebagai bentuk perlindungan terhadap CAP manakala menghadapi banjirnya produk sejenis dari luar negeri yang memperoleh dumping dari negara asalnya. “Kami harus sedikit lebih berani juga. Produk plastik banjir impor, sedangkan kalau ekspor kena dumping dimana-mana,” katanya.

(Baca juga: Dipanggil Jokowi, Darmin Yakin Ekonomi Bisa Tumbuh Sampai 5,8 Persen)

Vice President Corporate Relation Chandra Asri, Suhat Miyarso mengungkapkan bahwa saat ini perusahaannya memiliki fasilitas di Ciwanda; Cilegon dan Puloampel, Serang, Banten. Dari US$ 6 miliar yang dijanjikan, investasi yang akan digelontorkan pada tahap awal tahun ini sebesar US$ 150 juta.

Dana sebanyak itu akan digunakan untuk menambah kapasitas pabrik Butadine sebesar 50 ribu ton per tahun, polyolefins sebanyak 100 ribu ton per tahun, polyethylene 400 ribu pertahun. “Butadiene itu untuk bahan baku karet sintetis, buat ban, dan lain-lain. Polyethylene itu untuk bahan plastik, banyak gunanya,” ujarnya.

Suhat mengatakan, penambahan kapasitas produksi tersebut memang difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan dalam negeri untuk ethylene tahun ini sebanyak 2 juta ton per tahun, sedangkan yang baru bisa dipenuhi dari dalam negeri sebanyak 860 ribu ton, atau sekitar 40 persen.

(Baca juga: Pengusaha Minta Pemerintah Longgarkan Aturan Alih Daya)

Sebagai satu-satunya produsen lokal naphtha crakers, CAP optimis bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebab, fasilitas baru nanti diproyeksikan bisa menghasilkan 1,8 juta ton per tahun atau dua kali lipat dari kapasitas CAP saat ini sebesar 900 ribu ton per tahun. Sementara, kebutuhan dalam negeri hanya 1,6 juta ton per tahun.