Pandemi Covid-19 memang menciptakan normal baru yang banyak mengubah perilaku manusia, termasuk memunculkan tren anyar di tengah-tengah konsumen properti.
Sentimen negatif terhadap pasar apartemen semakin kuat, sementara pasar rumah tapak terus melambung di tengah pandemi. Sejumlah pakar properti menyebut konsumen memang kebanyakan lebih memilih rumah tapak sebagai pilihan hunian aman pascapandemi.
Executive Vice President Nonsubsidized Mortgage & Consumer Division Bank BTN Suryanti Agustinar menyatakan konsumen semakin senang punya rumah tapak yang jauh dari Jakarta lantaran bisa kerja dari rumah alias work from home (WFH). Meskipun jauh, konsumen tetap mencari wilayah dengan fasilitas publik dan akses transportasi yang mumpuni, seperti pusat perbelanjaan, sekolah, stasiun, halte, dan lain-lain
Selain itu, para pemburu properti pun semakin mempertimbangkan kualitas lingkungan dan kesehatan penghuni rumah. Tidak sedikit konsumen properti yang kini mulai mencari hunian dengan jalur sepeda, jogging track maupun lapangan untuk berolah raga setiap harinya.
Tren seperti ini sangat terasa di kota-kota di Jabodetabek, yang jaraknya tidak begitu jauh dari pusat Jakarta, sekitar 20-30 kilometer.
Kota Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi termasuk ke dalam kategori kota jarak menengah di Jabodetabek. Keempat wilayah tersebut merasakan situasi yang hampir serupa di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) 2021, indeks harga apartemen di kota-kota jarak menengah ini rata-rata menurun cukup besar. Kejatuhan terparah dirasakan oleh Kota Tangerang yang mengalami pertumbuhan kuartalan atau quarter-on-quarter (QoQ) sebesar minus 3,2 persen pada kuartal pertama (Q1) 2021. Disusul Kota Depok dengan penurunan sebesar 2,5 persen, Kota Tangerang Selatan sebesar 1,6 persen, dan Kota Bekasi sebesar 0,4 persen pada kuartal pertama (Q1) 2021 jika dibanding kuartal sebelumnya.
Secara tahunan atau year-on-year (YoY), Kota Tangerang masih yang paling terperosok pada kuartal pertama (Q1) 2021 dengan penurunan sebesar 8,6 persen, kemudian Kota Tangerang Selatan sebesar 6 persen, Kota Depok sebesar 4,9 persen, dan Kota Bekasi sebesar 3,7 persen. Di sisi lain, pasar rumah tapak mulai menanjak dan perkembangannya cukup signifikan.
Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) 2021 mencatat Kota Tangerang menjadi wilayah dengan perkembangan indeks harga rumah tapak paling pesat selama pandemi Covid-19. Pada kuartal pertama 2021, indeks harga rumah tapak di Kota Tangerang mencapai kenaikan sebesar 8,4 persen secara kuartalan dan 15,6 persen secara tahunan.
Sementara itu, Kota Depok sempat mengalami penurunan pada awal pandemi Covid-19 walaupun pada akhirnya mencatat kenaikan yang cukup besar. Per kuartal pertama 2021, indeks harga rumah tapak di Kota Depok mencetak peningkatan sebesar 7,8 persen dibanding kuartal sebelumnya dan peningkatan sebesar 10,7 persen dibanding tahun lalu pada kuartal yang sama.
Kebalikan dari Kota Depok, indeks harga rumah tapak di Kota Bekasi justru melambat setelah sempat melejit pada awal pandemi. Pada kuartal kedua 2020 terjadi kenaikan sebesar 7,8 persen secara kuartalan, tapi merosot sehingga turun 2,5 persen secara kuartalan pada kuartal keempat 2020. Per kuartal pertama 2021, indeks harga rumah tapak di Kota Bekasi turun 0,2 persen ketimbang kuartal sebelumnya, tetapi naik 6,8 persen secara tahunan.
Adapun indeks harga rumah tapak di Kota Tangerang Selatan tetap meningkat selama pandemi Covid-19 meskipun menjadi yang paling lambat dibanding Kota Tangerang, Depok, atau Bekasi. Per kuartal pertama 2021, hanya terjadi kenaikan sebesar 2,1 persen secara kuartalan dan 3 persen secara tahunan.
Kendati demikian, secara umum indeks harga rumah tapak di Kota Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi mengalami peningkatan saat pandemi tiba.
Di antara keempat kota yang berjarak menengah dari pusat Jabodetabek itu, Kota Depok menjadi wilayah yang paling disukai para pemburu properti. Depok mampu meraup 11 persen konsumen Rumah.com pada kuartal pertama 2021, disusul Kota Tangerang Selatan (8 persen), Kota Bekasi (5 persen), dan Kota Tangerang (4 persen).
Kota Depok dipilih karena memiliki banyak potensi menarik. Salah satunya adalah keberadaan universitas besar seperti Universitas Indonesia (UI) dan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) yang bisa menarik para penyewa hunian dari kalangan mahasiswa. Selain itu, lokasinya pun berhimpitan langsung dengan Jakarta Selatan yang merupakan wilayah terfavorit di Jabodetabek.
Pembangunan infrastruktur di Kota Depok juga semakin masif, khususnya pembangunan jalan bebas hambatan. Jalan Tol Cimanggis-Cinere tengah dikebut, sementara Tol Depok-Antasari (Desari) akan berlanjut ke selatan dan terhubung dengan Bogor Outer Ring Road (BORR).
Tol Cimanggis-Cinere pun akan tersambung dengan Tol Cinere-Serpong di Kota Tangerang Selatan. Namun saat ini, baru beroperasi ruas Cimanggis-Kukusan dan Serpong-Pamulang.
Dibukanya jalan tol tersebut juga berdampak pada properti di Tangerang Selatan yang tampaknya memiliki karakter serupa dengan Kota Depok, sama-sama dekat Jakarta Selatan.
‘Duet’ Tangerang Selatan dan Kota Depok tampaknya akan menjadi bintang baru di pasar properti pascapandemi Covid-19 mendatang.
***