Minimarket Kuasai Pasar Ritel RI, Kalahkan Super Indo hingga Transmart

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi Alfamart di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat (1/7).
24/7/2023, 15.27 WIB

Tiga minimarket menguasai pasar ritel di Indonesia sepanjang 2022. Penjualan makanan, minuman, dan kebutuhan harian minimarket tersebut bahkan jauh melampaui hypermarket dan supermarket yang ada di Indonesia, seperti Super Indo, Transmart, Carefour, dan Hypermart.

Hal ini tercatat dalam laporan United States Department of Agriculture (USDA) yang bertajuk Indonesia: Retail Foods edisi Juli 2023. Berdasarkan data Euromonitor yang dikutip dalam laporan tersebut, tiga minimarket berada di puncak yaitu Alfamart, Indomaret, dan Alfamidi.

Sepanjang 2022 Alfamart mencetak pendapatan penjualan sebesar US$ 7,62 miliar, meningkat 40% dibanding 2021. Pencapaian itu membuat Alfamart menang tipis dari Indomaret, setelah kalah selama empat tahun berturut-turut.

Adapun Indomaret, yang biasanya menempati posisi puncak, pada 2022 tergeser ke peringkat dua dengan pendapatan penjualan US$ 7,6 miliar, tumbuh 22,7% dibanding 2021.

Sementara posisi ketiga adalah Alfamidi dengan penjualan US$ 1,1 miliar. Pendapatan penjualan minimarket lainnya yaitu Circle K mencapai US$ 181 juta, yang menempatkannya di posisi ke-9.

Berikut rinciannya seperti tertera dalam grafik di bawah.

Hypermarket Tertekan

Sementara penjualan hypermarket seperti Hypermart, Super Indo, Transmart Carrefour, Carrefour, Lotte Mart, berada di urutan selanjutnya. Penjualan lima hypermarket tersebut mencapai US$ 1,66 miliar. Angka tersebut bahkan masih lebih kecil jika dibandingkan penjualan Alfamart yang ada di posisi puncak.

Sejumlah hypermarket berdarah-darah sejak pandemi karena mengalami kerugian, sepi, atau tutup permanen. Pada Juli 2021, Giant secara mengejutkan menutup seluruh gerainya di Indonesia. Anak perusahaan PT Hero Supermarket Tbk tersebut hanya menutup sebagian gerainya pada awal 2021, namun pada akhirnya menutup total.

Sementara Transmart menutup tujuh gerainya pada 2022. Vice President Corporate Communication Transmart, Satria Hamid, mengatakan minimnya pengunjung karena masyarakat masih dalam tahap peralihan dari masa pandemi Covid-19.

Masyarakat juga masih beradaptasi setelah pemerintah mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM. Salah satu adaptasinya dalam berbelanja online.

“ Pandemi juga secara langsung berpengaruh terhadap konsumen ke toko. Karena mereka selama pandemi terbiasa untuk memesan sesuatu dari rumah atau online,” kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (27/1).

Dia mengatakan bukan hanya Transmart yang minim pengunjung. Gerai besar setipe dengan Transmart pun mengalami hal yang sama. Bisnis hypermarket memang sedang mengalami tantangan yang berat. 

Menurut Pakar Pemasaran dan Perilaku Konsumen dari Universitas Indonesia, Sri Rahayu, tutupnya gerai Transmart itu disebabkan oleh berbagai sebab seperti ekspansi yang berlebihan, pertumbuhan ekonomi, dan demografi. 

Selain itu, dia mengatakan, pandemi Covid-19 juga mendorong perilaku konsumen dari belanja luring ke darig atau dalam jaringan. Sehingga membuat masyarakat enggan untuk belanja langsung ke toko ataupun gerai. 

“Bisa juga disebabkan brand related issue, misal dari yang dulunya Carrefour menjadi Transmart," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (26/1).

Tak hanya itu, Sri Rahayu mengatakan sejumlah gerai Transmart yang sepi juga disebabkan oleh berbagai faktor, seperti harga dan varian produk yang agak terbatas bila dibandingkan dengan hipermarket lainnya.

"Pembayaran juga penting. Jangan dipaksa pembayaran cashless harus menggunakan bank tertentu, atau konsumen akhirnya harus bayar cash. Padahal sekarang kita menuju cashless society," ujarnya.

Meski begitu, Sri Rahayu mengatakan, tidak semua gerai Transmart sepi. Misalnya saja Transmart Cibubur yang saat ini cukup ramai.

Reporter: Nadya Zahira