Fakta LRT Jabodebek, Peluncurannya Mundur Imbas Salah Desain Long Span

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) melintas di jembatan rel lengkung (longspan) LRT Kuningan, Jakarta, Rabu (2/8/2023). Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan konstruksi jembatan lengkung dari Gatot Subroto menuju ke Kuningan salah desain sehingga menyebaBkan rangkaian kereta LRT yang melintas harus berjalan melambat.
4/8/2023, 06.20 WIB

Operasional LRT Jabodebek terancam molor dari target yang sebelumnya ditetapkan 18 Agustus 2023. Pasalnya, infrastruktur transportasi tersebut masih membutuhkan sejumlah perbaikan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan telah mendapatkan arahan Presiden Joko Widodo pasca melakukan uji coba hari ini, Kamis (3/8). Presiden Joko Widodo mengecek uji coba LRT Jabodebek bersama Budi Karya, 

"Kami tadi minta saran Pak Presiden, dan Pak Presiden sangat bijak. Beliau bilang: pokoknya kalian melakukan uji coba. Saat uji coba berhasil, kita buka," kata Budi di Istana Kepresidenan, Kamis (3/8).

Budi memprediksi uji coba LRT Jabodebek dapat rampung pada 20 Agustus 2023 atau hingga 30 Agustus 2023. Budi menekankan uji coba LRT Jabodebek menjadi sangat penting, lantaran kereta api tidak dapat langsung berhenti setelah mulai berjalan.

Oleh karena itu, Budi telah mendatangkan 10 orang dari Siemens untuk melakukan pengujian terhadap 31 rangkaian kereta LRT Jabodebek. Siemens bertanggung jawab dalam perangkat lunak yang digunakan dalam sistem LRT Jabodebek.

Berikut 5 Fakta mengenai LRT Jabodebek:

1. Salah Desain Long Span

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan ada kesalahan desain pada jembatan lengkung bentang panjang atau long span LRT Gatot Subroto-Kuningan. Saat ini jembatan long span Kuningan merupakan jembatan kereta box beton lengkung dengan bentang terpanjang.

Tiko biasa ia disapa menilai, kesalahan tersebut terjadi akibat PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang bertanggung jawab dalam hal prasarana, membangun jembatan tersebut tanpa menguji sudut kemiringan kereta. 

Ia mengatakan jembatan tersebut seharusnya dibuat lebih lebar agar kereta dapat melaju dengan optimal. Akibatnya rangkaian kereta LRT Jabodebek kini harus berbelok dengan kecepatan yang pelan, sekitar 20 kilometer per jam saat melewati jembatan ini. 

2. Tingkat Kesulitan Long Span Rumit

Sementara itu dalam video Adhi Karya dalam kanal Youtube AdhikaryaID pada November 2019 silam menyatakan bahwa  jembatan lengkung yang terletak di persimpangan jalan HR Rasuna Said dan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, dibangun oleh ADHI dengan tingkat kerumitan yang cukup tinggi.

Hal itu mengingat di antara lokasi proyek terdapat underpass, jalan arteri, dan fly over Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta atau Jakarta Outer Ring Road (JORR). 

BUMN Karya itu menyebut bahwa akibat radius lengkung yang kecil, maka jembatan bentang panjang Kuningan mengalami efek torsi yang cukup besar.

Torsi merupakan efek momen termasuk putaran yang terjadi pada penampang tegak lurus terhadap sumbu utama dari elemen. Hal ini terjadi ketika pusat beban tidak tepat dengan pusat kekakuan elemen vertikal beban lateral dalam sistem ketahanan struktur tersebut.

3. Uji Coba LRT dengan Penumpang Dihentikan

LRT Jabodebek sebelumya telah membuka pendaftaran untuk uji coba dengan penumpang pada 10 Juli 2023. Uji coba tersebut bahkan ditutup dalam hitungan jam akibat jumlah pendaftar telah mencapai batas kuota yang ditetapkan.

Uji coba dengan penumpang undangan atau komunitas telah dilakukan muai 12 Juli 2023. Rencananya uji coba dengan penumpang umum dilakukan pada 25 Juli 2023 hingga 15 Agustus 2023.

Namun demikian, Kementerian Perhubungan menghentikan uji coba LRT Jabodebek tersebut pada 17 Juli 2023. Hal itu disebabkan ada sejumlah perbaikan yang perlu dilakukan, termasuk software.

Hingga awal Agustus, uji coba LRT masih dihentikan bahkan terancam diperpanjang hingga 30 Agustus 2023.

4. Akan Beroperasi Tanpa Masinis

LRT Jabodebek direncanakan akan beroperasi tanpa masinis. LRT akan dioperasikan secara penuh oleh sistem dari jarak jauh. Hal ini menjadikan LRT Jabodebek diklaim lebih canggih dari MRT.

Manager Public Relations LRT Jabodebek Kuswardojo mengatakan, teknologi operasi LRT tanpa masinis justru akan lebih aman dibandingkan menggunakan sistem manual atau dengan pengemudi. "Karena lebih dari 60% kecelakaan ada akibat faktor dari manusia yang merasa kelelahan dan sebagainya," ujar Kuswardojo saat ditemui awak media, di Jakarta, Kamis (6/7).

Selain itu, operator juga mengatur sistem keamanan LRT Jabodebek secara berlapis. Salah satunya batas kecepatan maksimum yang telah diatur. Dengan begitu, jika LRT melaju lebih dari batas kecepatan yang ditentukan, maka sistem pengereman akan aktif secara otomatis.

"Ketika dia berjalan lebih dari 80 km per jam, maka sistem akan rem sendiri," kata Kuswardoyo. 

Kereta juga akan menyesuaikan dengan rangkaian lain yang berada di depannya. Tujuannyaagar  jarak antara satu rangkaian dengan rangkaian lainnya tetap stabil dan terjaga, “Misal ketika kereta di depan berjalan 60 km per jam, maka di belakangnya akan mengikuti sesuai kecepatan," ujarnya.

5. Nilai TKDN Lebih dari 60%

Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, mengatakan LRT Jabodebek merupakan karya anak bangsa dengan tingkat komponen dalam negeri atau TKDN yang lebih dari 60%.

“Termasuk kereta apinya yang dibuat oleh PT INKA," ujarnya.

Sementara konstruksi rel LRT dibuat oleh perusahaan pelat merah Adhi Karya.