Presiden Joko Widodo mengatakakan 19 negara saat ini telah membatasi ekspor pangan. Menurutnya, negara-negara tersebut melakukan hal tersebut untuk mengantisipasi dampak El Nino.
Jokowi memahami strategi hal tersebut akibat prediksi berlanjutnya El Nino hingga awal 2024. Namun Jokowi menilai hal tersebut dapat mengancam beberapa ketersediaan sebagian pangan di dalam negeri, seperti gandum dan beras.
"Sudah enggak bisa impor gandum dan beras lagi nanti," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi di Istana Negara, Kamis (31/8).
Untuk diketahui, salah satu negara yang telah melarang ekspor beras adalah India. Jokowi mengaku telah bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk meminta konfirmasi.
Jokowi mendapatkan penjelasan bahwa harga beras di India telah naik. Oleh karena itu, strategi yang diterapkan Modi untuk menurunkan harga beras di India adalah menghentikan ekspor secara sementara.
Maka dari itu, Jokowi mengarahkan seluruh pimpinan pemerintah daerah untuk bekerja keras untuk menyelamatkan masyarakat. Jokowi mencatat inflasi pangan di dalam negeri telah mencapai 6,4% per Juli 2023.
Lebih dari tiga miliar orang di seluruh dunia bergantung pada beras sebagai makanan pokok dan India menyumbang sekitar 40% ekspor beras global.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mencatat pengumuman larangan ekspor ini membuat harga beras melonjak mendekati level tertinggi dalam 12 tahun. Kenaikan harga tak berlaku pada beras basmati, yang merupakan varietas beras paling terkenal dan berkualitas tinggi di India.
Para ekonom mengatakan larangan tersebut menambah deret masalah gangguan pasokan pangan global. Gangguan pangan global bermasalah sejak invasi Rusia ke Ukraina hingga anomali cuaca El Niño.
“Larangan ekspor terjadi pada saat negara-negara sedang berjuang dengan utang yang tinggi, inflasi pangan, dan penurunan depresiasi mata uang,” kata Arif Husain, kepala ekonom di Program Pangan Dunia PBB (WFP), dikutip dari CNN, Selasa (29/8).