Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno memproyeksikan harga kamar hotel akan kembali normal tahun ini. Menurutnya, hal tersebut didorong oleh target kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman yang mencapai 14,3 juta orang sepanjang 2024.
Ia mencatat, target kunjungan wisman pada tahun ini ada di rentang 9,5 juta orang sampai 14,3 juta orang. Sandiaga memprediksikan total wisman yang datang ke dalam negeri pada tahun lalu lebih dari 11 juta orang.
"Saya sudah secara langsung memeriksa harga kamar hotel di beberapa destinasi unggulan dan sudah hampir mencapai harga yang optimal seperti sebelum pandemi Covid-19," ujar Sandiaga pada Senin (22/1).
Ia mencatat, harga kamar hotel pada tahun lalu baru mencapai 70% sampai 80% dari capaian pra pandemi. Oleh karena itu, ia optimistis harga kamar hotel pada tahun ini akan sama seperti capaian 2019.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Haryadi Sukamdani menilai perbaikan harga kamar hotel akan jadi tantangan berat tahun ini. Menurutnya, hal tersebut diperburuk dengan implementasi kenaikan pajak hiburan mulai awal 2024.
Ia mengatakan, tantangan industri perhotelan saat ini sebenarnya juga sudah berat. Pasokan kamar di luar hotel meningkat dengan adanya layanan pemesanan kamar daring seperti Airbnb dan desa wisata.
Tiket.com mendata rata-rata harga kamar hotel menunjukkan tren penurunan sebesar 19% pada 2021-2023. Rata-rata harga kamar pada Maret 2021 sekitar Rp 190.000 per malam, turun menjadi kurang dari Rp 160.000 per malam pada Maret 2023.
"Mungkin harga kamar hotel akan lambat kenaikannya karena pasokan kamar banyak. Kedua, daya beli masyarakat belum membaik," ujarnya.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Maulana Yusran sebelumnya mencatat, rata-rata okupansi hotel nasional per Desember 2023 sekitar 48%. Namun, peningkatan okupasi tersebut tidak diikuti dengan perbaikan harga sewa kamar.
Maulana memproyeksikan, rata-rata nasional okupansi hotel dapat mencapai 52%. Namun pendapatan industri hotel masih turun sekitar 20%-25% dibandingkan 2019 sampai akhir 2023.
Ia menjelaskan, peningkatan pemesanan maupun lama tinggal tersebut belum menopang pendapatan industri hotel. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh program kegiatan pemerintah yang masih terpusat di beberapa daerah, seperti Kalimantan Timur dan Pulau Jawa.
"Jadi, masih terjadi banyak kekosongan kamar di daerah-daerah, sehingga harga kamar belum bisa pulih," ujarnya.