Starbucks Timur Tengah PHK 2.000 Karyawan Imbas Aksi Boikot Israel

Arief Kamaludin|KATADATA
Bisnis Starbucks di Timur Tengah terpukul oleh aksi boikot sejak perang yang dilancarkan Israel di Gaza.
Penulis: Agustiyanti
6/3/2024, 17.35 WIB

Raksasa ritel AlShaya Group, yang memiliki hak mengelola Starbucks di Timur Tengah berencana  memangkas lebih dari 2.000 karyawan. PHK massal ini dilakukan karena bisnis perusahaan terpukul oleh akibat boikot konsumen yang mengaggap Starbucks memiliki kaitan dengan Israel di tengah Perang di Gaza. 

Mengutip Reuters, PHK massal akan dimulai pada Minggu (10/3) mencakup 4% dari total tenaga kerja atau sebanyak 50 ribu orang. Menurut sumber Reuters, sebagian besar PHK akan dilakukan terhadap karyawan waralaba Starbucks di Timur Tengah dan Afrika Utara. 

"Boikot tersebut telah menyebabkan kondisi penjualan yang sulit bagi perusahaan," kata salah satu sumber seperti dikutip, Jumat (6/3). 

AlShaya dalam sebuat pernyataan resmi menyebutkan bahwa pihaknya telah mengambil keputusanuntuk mengurangi jumlah karyawan mereka di Starbucks MENA akibat kondisi perusahaan yang menantang dalam 6 bulan terakhir. Namun, perusahaan tak menyebutkan jumlah karyawan yang akan dipangkas. 

AlShaya menyatakan akan memastikan dukungan terhadap para karyawan yang mereka PHK dan tetap berkomitmen terhadap wilayah tersebut. “Starbucks tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan AlShaya untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang di wilayah penting ini,”  ujar juru bicara Starbucks.

Baik AlShaya Group maupun sumbernya tidak menyebutkan berapa banyak staf yang dipekerjakan grup tersebut di operasional Starbucks.

AlShaya adalah salah satu pewaralaba ritel terbesar di kawasan ini yang memiliki hak untuk menjalankan bisnis merek-merek Barat yang populer. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1890 di Kuwait juga mengelola The Cheesecake Factory dan Shake Shack.

Perusahaan ini memiliki hak untuk mengoperasikan kedai kopi Starbucks di Timur Tengah sejak tahun 1999. Unit Starbucks menjalankan sekitar 2.000 gerai di 13 negara, di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta Asia Tengah.

Perusahaan ekuitas swasta AS Apollo Global Management Inc (APO.N) telah melakukan pembicaraan untuk membeli saham di bisnis Starbucks AlShaya. Informasi tersebut diperoleh Reuters dari tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut. 

Merek-merek Barat telah terkena dampak kampanye boikot yang sebagian besar terjadi secara spontan atas serangan militer Israel di Jalur Gaza.

Setelah aksi boikot tersebut, Starbucks pada Oktober menyatakan bahwa mereka adalah organisasi non-politik dan menepis rumor bahwa mereka memberikan dukungan kepada pemerintah atau tentara Israel.

Starbucks mengatakan pada Januari bahwa perang Israel-Hamas telah merugikan bisnisnya di wilayah tersebut. Penjualan terkena dampak signifikan akibat konflik di Timur Tengah dan Amerika Serikat, ketika beberapa konsumen melancarkan protes dan kampanye boikot yang meminta perusahaan untuk mengambil sikap terhadap masalah ini.

Pada Januari, AlShaya mengatakan pihaknya mengurangi operasi di Mesir karena masalah ekonomi yang sedang berlangsung di negara tersebut, termasuk devaluasi berbagai mata uang dan rekor inflasi. Perusahaan tidak mengomentari toko mana yang akan ditutup atau kapan akan ditutup.