Laporan Khusus | World Water Forum

Hasil Forum WWF 2024: Nota Kesepahaman hingga Dana Hibah

ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc.
Wisatawan mancanegara berjalan di dekat saluran irigasi di area persawahan yang menerapkan pengairan lahan pertanian menggunakan pompa air bertenaga surya di Subak Lauh Batu, Desa Keliki, Gianyar, Bali, Selasa (23/4/2024). World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali pada bulan Mei 2024 akan fokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natu
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
26/4/2024, 20.04 WIB

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menjadwalkan empat penandatanganan nota kesepahaman  antara Indonesia dengan beberapa negara di World Water Forum atau WWF 2024. Basuki mengatakan, telah ada empat negara yang akan terlibat dalam nota kesepahaman tersebut, yakni Jepang, Korea Selatan, Finlandia, dan Tunisia.

Basuki menilai nota kesepahaman yang paling menguntungkan adalah bersama Jepang yakni membangun Center for Water and Climate Resilience di Yogyakarta. Menurutnya, organisasi tersebut akan mencakup kawasan Asia Pasifik.

"Keinginan kami dalam WWF 2024 adalah memiliki hasil yang konkret, bukan hanya diskusi atau seminar," kata Basuki di kantornya, Jumat (26/4).

Nota kesepahaman lainnya adalah dengan Korea Selatan terkait konstruksi Instalasi Pengolahan Air di Ibu kota Nusantara. Basuki mencatat, infrastruktur tersebut dapat memurnikan air limbah hingga 300 liter per detik.

Basuki mengatakan, proyek tersebut sudah mulai dibangun saat ini. Walau demikian, Basuki berencana menggunakan WWF sebagai momentum seremoni penandatanganan nota kesepahaman tersebut dengan Korea Selatan.

Untuk diketahui, IPA berkapasitas 300 liter per detik tersebut sedang dibangun oleh PT Brantas Abipraya. Brantas tercatat juga mebangun Reservoir Transfer berukuran 1.750 meter kubik untuk mendukung pengoperasian IPA tersebut.

 Basuki menjelaskan nota kesepahaman keempat adalah dengan Tunisia berkaitan dengan Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC dalam membuat hujan buatan. Menurutnya, perjanjian tersebut dibutuhkan Tunisia karena musim kering berkepanjangan di Negeri Elang Hijau.

Basuki menyampaikan, nota kesepahaman tersebut juga akan melibatkan Otorita Ibu Kota Nusantara. "Jadi, mereka akan mendatangkan Menteri Pertanian dan Sumber Daya Air Tunisia. Saya akan temukan beliau dengan Otorita IKN di Bali," ujarnya.

Ia mengaku permintaan perjanjian nota kesepahaman masih terus masuk sampai hari ini. Menurutnya, sebagian permintaan tersebut adalah terkait dana hibah.

"Namun total potensi dana hibah dari nota kesepahaman di WWF 2024 belum bisa dihitung karena masih datang terus permintaan kerjasamanya. Biasanya saat-saat terakhir baru bisa dikonfirmasi nilai hibahnya," ujarnya.



Reporter: Andi M. Arief