Pengusaha Semen: Program Tapera dapat Genjot Konsumsi Nasional
Asosiasi Semen Indonesia optimistis program tabungan perumahan rakyat atau Tapera dapat meningkatkan konsumsi semen nasional. Angka pertumbuhannya saat ini masih di level 3%, jauh dibandingkan saat sebelum pandemi Covid-19.
"Kami harap program Tapera dapat mengembalikan pertumbuhan konsumsi semen seperti sebelum pandemi," kata Sekretaris Jenderal ASI Ari Wirawan kepada Katadata.co.id, Senin (3/6).
Dalam catatannya, konsumsi material bangunan tersebut berada di rentang 8% hingga 10% pada 2018. Produksinya pada 2019 tumbuh 0,7% menjadi 69,9 juta ton denga utilisasi hingga 63%.
Pada 2023, konsumsi semen tumbuh 3,4% secara tahunan menjadi 65,5 juta ton. Namun, utilisasi pabrik hanya 55% lantaran total kapasitas terpasang industrinya naik 9,6 juta ton menjadi 119,9 juta ton pada 2023. Dibandingkan 2019, kapasitasnya sekitar 110,3 juta ton.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Herry Trisaputra Zuna mencatat program Tapera muncul untuk menutup angka backlog rumah. Kebutuhannya mencapai 9,9 juta unit pada akhir 2023. Ditambah, angka rumah tidak layak huni mencapai 26 juta unit.
Ia memperkirakan masalah backlog perumahan baru dapat diselesaikan pada 2045. Sebab, angka kepemilikan rumah hanya tumbuh 700 ribu unit per tahun.
"Program Tapera paling tidak butuh memproduksi 1,5 juta sampai 2 juta unit rumah per tahun kalau backlog perumahan mau habis pada 2045. Program pemenuhan rumah harus ditingkatkan," kata Herry.
Hitungannya, perlu ada 1.000 hingga 2.000 peserta Tapera untuk membiayai rumah seharga Rp 170 juta. Skema pembelian rumah ini memakai kredit perumahan rakyat (KPR) dengan bunga flat 5% per tahun.
Untuk Tapera, masyarakat berpenghasilan rendah dapat memperoleh fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR), kredit bangun rumah (KBR), dan kredit renovasi rumah (KRR). Tenornya mencapai 30 tahun.