Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Meroket, Jadi Penggerak Ekonomi Baru
LRT Jabodebek mencatatkan 20,77 juta penumpang selama Januari - September. Jumlahnya melonjak 41,74% dibanding periode yang sama tahun lalu 14,65 juta pelanggan.
Vice President Public Relations PT Kereta Api Indonesia atau KAI Anne Purba menilai peningkatan penumpang menunjukkan perubahan signifikan dalam pola mobilitas masyarakat. “LRT Jabodebek kini menjadi bagian penting dari kehidupan urban,” kata Anne dalam keterangan pers, Minggu (12/10).
Anne menilai LRT Jabodebek menjadi pilihan, karena terhubung langsung dengan moda lain seperti KRL, MRT, dan Whoosh.
Jumlah trainset LRT Jabodebek juga bertambah dari 20 menjadi 22 dengan frekuensi perjalanan naik menjadi 366 kali per hari per Maret. Optimalisasi berlanjut pada Juli, saat 24 trainset dioperasikan dengan 396 perjalanan harian.
Menurut Anne, peningkatan itu membuat waktu tunggu semakin singkat dan memperluas akses masyarakat di lintas kota. “Bagi pekerja perkotaan, peningkatan ini menghadirkan kepastian waktu tempuh yang membantu menjaga produktivitas dan kualitas hidup di tengah ritme Jabodetabek yang dinamis,” ujar Anne.
Efek Ekonomi LRT Jabodebek
Anne mengungkapkan, dari rel LRT yang beroperasi di Bekasi, Depok hingga Cawang, memunculkan geliat ekonomi baru.
Menurut dia, akses transportasi yang lancar meningkatkan nilai properti, menghidupkan sektor UMKM, dan mendorong munculnya pusat bisnis baru.
“Transportasi publik berperan langsung terhadap produktivitas masyarakat dan pertumbuhan wilayah. LRT Jabodebek memberi kemudahan akses, menghemat waktu perjalanan, dan memperkuat konektivitas ekonomi antara pusat kota dan kawasan penyangga,” ujar Anne.
Menurut dia, fenomena itu mengubah Jabodebek menjadi satu kesatuan ekonomi perkotaan yang saling terhubung dan tumbuh bersama, bukan sekedar wilayah administratif.
Sebagai moda berbasis listrik, LRT Jabodebek turut mendukung transisi menuju kota rendah emisi. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, penggunaan transportasi massal seperti LRT dapat menekan emisi hingga 0,8 kilogram CO2 per perjalanan dibanding kendaraan pribadi.
Dengan jutaan penumpang setiap bulan, kontribusi LRT terhadap udara bersih dan efisiensi energi semakin signifikan. “Setiap kali seseorang memilih naik LRT, ada dampak positif bagi udara yang kita hirup dan masa depan kota yang kita tinggali,” kata Anne.