Volume Ekspor RI Diprediksi Melonjak Usai AS Terapkan Program Biodiesel
Volume ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia ke Amerika Serikat berpotensi naik dua kali lipat akibat program biodiesel di Negeri Paman Sam. Ekspor CPO Indonesia akan mengisi kebutuhan industri pangan, bukan kebutuhan energi.
Soft Commodity Analyst Bloomberg Alvin Tai mengatakan CPO tidak memenuhi syarat pengurangan emisi karbon versi Amerika Serikat untuk menjadi bahan baku industri biodiesel. Oleh karena itu, pemerintah Negeri Paman Sam akan menyerap minyak kedelai yang seharusnya diserap oleh industri pangan dan pakan di sana.
"Industri biodiesel Amerika Serikat akan menyerap 1,6 juta ton minyak kedelai dari industri pangan dan pakan. Eksportir CPO dari Indonesia akan diuntungkan dari pengalihan minyak kedelai tersebut," kata Alvin dalam Indonesia Palm Oil Conference 2025, Jumat (14/11).
Alvin menjelaskan kekurangan 1,6 juta ton dari industri pangan dan pakan akan terjadi jika pemerintah Amerika Serikat mewajibkan seluruh bahan baku biodiesel dari dalam negeri. Angka tersebut akan turun menjadi 1,33 juta ton jika keran impor kedelai dibuka oleh pemerintah Negeri Paman Sam.
Walau demikian, Alvin menilai volume ekspor Indonesia akan naik menjadi dua kali lipat jika dibandingkan realisasi pada 2024. Proyeksi tersebut mengingat pemerintah Indonesia sedang melakukan negosiasi perjanjian dagang resiprokal dengan tujuan meniadakan bea masuk beberapa komoditas, termasuk CPO.
Badan Pusat Statistik mendata volume ekspor CPO ke Amerika Serikat mencapai 1,6 juta ton atau susut lebih dari 19% secara tahunan. Berdasarkan data BPS, volume ekspor ke Amerika Serikat berkontribusi sekitar 6% dari total ekspor sejak 2021 sampai tahun lalu.
Adapun volume ekspor CPO nasional terbesar ke Amerika Serikat terjadi pada 2023 sejumlah 1,98 juta ton atau 6,93% dari total ekspor tahun tersebut. Nilai ekspor CPO tertinggi ke Amerika Serikat terjadi pada 2022 yang mencapai US$ 2,28 miliar, sedangkan nilai ekspor CPO tahun lalu senilai US$ 1,55 miliar.
Selain CPO, Alvin menilai industri sawit Indonesia dapat memenuhi kebutuhan industri biodiesel Amerika Serikat dengan mengekspor minyak goreng bekas atau UCO. Sebab, Negeri Paman Sam menilai UCO memiliki tingkat pengurangan emisi karbon paling tinggi dibandingkan bahan baku biodiesel lainnya.
"Indonesia bisa mengisi kebutuhan ini karena Amerika Serikat telah memotong saluran impor UCO dari Cina," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan tarif sebesar 19% bagi mayoritas produk lokal ke Amerika Serikat pada hasil negosiasi tarif resiprokal terakhir. Namun ada beberapa komoditas yang dikecualikan dari kebijakan tersebut, seperti minyak sawit mentah atau CPO, kakao, dan karet.
Airlangga menyampaikan kesepakatan pengecualian tarif untuk beberapa komoditas lokal ke Amerika Serikat tidak disertai perjanjian dagang. Sebab, hasil dari pengecualian tarif tersebut bergantung pada kesepakatan dunia usaha.
Untuk diketahui, pemerintah Indonesia menyepakati perjanjian dagang berupa peningkatan impor dari Amerika Serikat senilai US$ 22,7 miliar atau sekitar Rp 370 triliun. Kesepakatan tersebut dilakukan agar tarif produk lokal ke Negeri Paman Sam susut dari 32% menjadi 19%.
"Sudah ada kesepakatan terkait komoditas yang dikecualikan, tinggal ditulis detailnya saja. Kemungkinan besar tarif untuk komoditas yang dikecualikan 0%," kata Airlangga di Pabrik PT Lami Packaging Indonesia, Serang, Banten, Jumat (1/8).