Ilmuwan Tiongkok: Virus Corona yang Ditemukan Baru Puncak Gunung Es

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/wsj/cf
Petugas melakukan tes asam nukleat di Wuhan, Hubei, Tiongkok, Jumat (15/5/2020). Peneliti dari Institut Virologi Wuhan memperingatkan dunia bahwa temuan virus corona saat ini baru mecapai puncak gunung es.
26/5/2020, 17.43 WIB

Virus corona Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia saat ini diyakini belum teridentifikasi seluruhnya. Ilmuwan Institut Virologi Wuhan, Tiongkok Profesor Shi Zhengli mengatakan pihaknya masih meneliti kemungkinan adanya patogen yang tidak dikenal dari virus ini.

Selain itu Shi mengatakan ada banyak kelelawar dan hewan liar lainnya yang berpotensi menjadi pembawa virus. Oleh sebab itu dia mengajak semua pihak mempelajari virus yang dibawa oleh hewan liar untuk memberi peringatan dini.  “Virus yang kami temukan hanya puncak gunung es,” kata Shi dikutip dari CGTN, Selasa (26/5).

(Baca: Tiongkok Bakal Fokus dengan Ekonomi Domestik untuk Kurangi Pengaruh AS)

Shi merupakan ahli yang terus menerus meneliti hubungan virus infeksi saluran pernapasan berat (SARS) dengan kelelawar. Wakil Direktur Institut Virologi Wuhan itu sampai dijuluki media sebagai ‘Wanita Kelelawar’ karena risetnya ini.

Sedangkan Institut Virologi Wuhan adalah salah satu yang paling awal memeriksa sampel virus yakni tanggal 30 Desember 2019. Shi meminta semua negara dan peneliti global memperkuat kerja sama untuk menyelesaikan masalah pandemi ini.

Dia mengatakan dengan kerja sama, maka pengumpulan sampel virus, pekerjaan laboratorium, hingga peringatan dini di alam liar dapat berjalan dengan maksimal. Apalagi identifikasi corona juga membutuhkan ilmuwan dari berbagai bidang dan pengalaman latihan. “Agar kita dapat memahami virus ini dengan cepat,” kata Shi.

Shi juga mengatakan virus jenis ini memang baru pertama kalinya muncul di dunia. Dia menceritakan tanggal 30 Desember lalu, Institut Virologi Wuhan menerima sampel dari kasus pneumonia yang tak dapat dijelaskan.

Setelah diteliti, ternyata mereka tak menemukan urutan patogen virus yang sama dengan penyakit pernapasan lain. Oleh sebab itu pihak institut menamakannya dengan virus corona baru.

“Kami mengirimkan genom ini ke organisasi kesehatan dunia (WHO) tanggal 12 Januari 2020,” kata Shi.

Institut ini merupakan lembaga yang dituding Amerika Serikat (AS) sebagai biang keladi munculnya corona. Namun seperti Shi, Direktur Institut Virologi Wuhan Wang Yanyi mengatakan usai pemeriksaan patogen, ternyata virus yang ditemukan memang jenis baru.

“Kami bahkan tak tahu virus itu ada. Bagaimana bisa bocor dari laboratorium kalau kami tidak pernah memilikinya,” kata Wang.

(Baca: WHO Setop Uji Coba Obat Malaria Hidroksiklorokuin untuk Pasien Corona)