WHO: Muncul Bukti Covid-19 Bisa Menyebar Melalui Udara

ANTARA FOTO/REUTERS/Hannah McKay/AWW/dj
Ilustrasi, seorang warga menggunakan masker di London, Inggris, Minggu (7/6/2020). WHO mengakui ada bukti penyebaran virus corona melalui udara.
8/7/2020, 08.06 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengakui "munculnya bukti" penyebaran Covid-19 melalui udara. Setelah para ilmuwan mendesak organisasi global itu memperbarui panduan mengenai penyebaran virus corona.

"Kami telah berbicara tentang kemungkinan transmisi melalui udara dan aerosol sebagai salah satu mode transmisi Covid-19," ujar Technical Lead Pandemi Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove dikutip dari Reuters pada Rabu (8/7).

WHO sebelumnya menyatakan virus corona menyebar melalui tetesan air yang keluar dari hidung atau mulut orang terinfeksi. Tetesan air itu secara cepat jatuh ke tanah.

Namun, 239 ilmuwan dari 32 negara dalam surat terbuka kepada WHO yang dipublikasi dalam Jurnal Penyaki Infeksi Klinis pada Senin (6/7) menjelaskan, adanya bukti yang menunjukkan partikel virus dapat menginfeksi manusia yang menghirupnya. Itu lantaran partikel kecil yang dihembuskan dapat bertahan lama di udara.

Para ilmuwan pun mendesak WHO memperbarui panduan terkait Covid-19. "Kami ingin mereka mengakui bukti tersebut," ujar Ahli Kimia Universitas Colorado Jose Jimenez.

(Baca: Keluarkan Edaran, Kemenkes Atur Tarif Maksimal Rapid Test Rp 150 Ribu)

Lebih lanjut, Jiminez mengatakan, ilmuwan tak bermaksud menyerang WHO. Namun, para ilmuwan harus menyatakannya kepada publik karena WHO menolak bukti penyebaran Covid-19 melalui udara setelah banyak ilmuwan berbicara dengan mereka.

Dalam pertemuan di Jenewa pada Selasa (7/7), Technical Lead untuk Pengendali dan Pencegahan Infeksi WHO Benedetta Allegranzi menyatakan ada penemuan bukti transmisi virus corona melalui udara. Tetapi bukti itu tidak definitif.

"Kemungkinan penularan melalui udara dalam pengaturan publik, terutama dalam kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup, pengaturan ventilasi yang buruk, tak dapat dikesampingkan. Namun, bukti perlu dikumpulkan dan ditafsirkan, dan kami terus mendukung hal tersebut," ujar Allegranzi.

Jimenez mengatakan, secara historis, ada pertentangan sengit di antara tenaga medis terhadap gagasan transmisi aerosol. dan standar pembuktian telah ditetapkan sangat tinggi. Kekhawatiran utama dari penemuan bukti tersebut ialah kepanikan yang terjadi di masyarakat.

Menurut Jimenez, jika orang mendengar soal transmisi virus melalui udara, petugas layanan kesehatan akan menolak untuk pergi ke rumah sakit. Masyarakat bakal membeli semua masker N95 yang sangat protektif.

"Tidak akan ada yang tersisa untuk negara-negara berkembang," ujar Jimenez.

Dia pun menyebut panel WHO menilai bukti penularan virus melalui udara tidak secara ilmiah beragam, dan tidak memiliki perwakilan dari para ahli di bidang penularan aerosol. Padahal, setiap perubahan dalam penilaian WHO terhadap risiko penularan Covid-19 dapat mempengaruhi panduan pencegahan saat ini. 

Apalagi, banyak pemerintahan yang bergantung pada panduan WHO. Panduan tersebut kemungkinan harus disesuaikan dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat untuk membatasi penyebaran virus.

Van Kerkhove mengatakan WHO akan mempublikasikan ringkasan ilmiah yang merangkum pengetahuan mengenai cara penularan virus dalam beberapa hari mendatang. "Paket intervensi yang komprehensif diperlukann untuk menghentikan transmisi virus. Hal itu tidak hanya mencakup jarak fisik, tetapi penggunaan masker yang sesuai, terutama untuk petugas kesehatan," kata Kerkhove.