Angka Covid-19 Meningkat, Inggris Pertimbangkan Lockdown Jilid II

ANTARA FOTO/REUTERS/Tobuy Melville/hp/cf
Penulis: Arie Mega Prastiwi - Tim Riset dan Publikasi
31/10/2020, 16.25 WIB

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnsons, kini tengah mempertimbangkan untuk kembali menerapkan lockdown jilid II. Langkah tersebut diambil usai mendapat laporan sejumlah rumah sakit di negara itu kewalahan akibat peningkatan penularan Covid-19.

Mengutip CNN pada Sabtu (31/10), koran The Times mengumumkan pembatasan sosial skala nasional itu mulai diterapkan pada Rabu mendatang hingga 1 Desember. Sementara itu, BBC melaporkan, pertimbangan lockdown dilakukan selama sebulan agar angka penularan Covid-19 menurun sebelum Natal.

“PM Johnsons kemungkinan akan menggelar konfrensi pers pada Senin 2 November untuk mengumumkan lockdown dan penutupan sejumlah tempat, kecuali toko kebutuhan pokok, sekolah dan universitas,” tulis The Times.

BBC juga melaporkan bahwa rencana pembatasan sosial yang tertuang dalam sebuah dokumen itu akan diterapkan usai melihat angka kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan gelombang pertama. Jika tidak ada lockdown, kematian bisa mencapai 4.000 setiap harinya. Angka itu berdasarkan modelling yang menyebutkan bahwa Inggris tidak memiliki kebijakan untuk menghentikan penularan virus itu.

Pada puncak pandemi selama musim semi, kematian mencapai lebih dari 1.000 sehari.

Dokumen lainnya yang didapat BBC juga menyebut layanan kesehatan Inggris akan kewalahan bahkan tak bisa lagi menampung pasien baru pada Natal mendatang jika tak dilakukan pencegahan.  Dokumen itu juga mewanti-wanti bahwa rumah sakit di barat daya Inggris dan Midlands merupakan kawasan pertama yang akan kehabisan kapasitas kamar rumah sakit. 

Salah seorang pejabat Inggris juga menyebut, kasus Covid-19 di negaranya sejatinya telah mencapai ‘puncak krisis’. Namun, menurut pejabat itu, “Inggris belum ada kebijakan nasional untuk menghentikan laju penularan virus ini.”

Sebelumnya juga ada dokumen resmi dari Scientific Advisory Group for Emergencies (Sage)  yang mengungkapkan bahwa Covid-19 menyebar jauh lebih cepat di Inggris daripada skenario "kasus terburuk". Dokumen itu memperkirakan mungkin ada 85.000 kematian akibat Covid selama musim dingin jika tidak ada kebijakan yang ketat.

Dokumen Sage, tertanggal 14 Oktober dan diterbitkan pada Jumat mengungkapkan bahwa para ilmuwan memperkirakan pada pertengahan Oktober, ada 43.000-74.000 orang yang terinfeksi virus corona setiap hari di Inggris.

Sementara itu, saran lockdown nasional disambut baik oleh para penasihat pemerintah dan ilmuwan. Salah satunya Prof. Gabriel Scally, seorang anggota Sage, mengatakan kepada Newsnight BBC bahwa pembatasan sosial secara nasional tidak bisa dihindari.

"Kita bisa saja memiliki angka penularan rendah jika (lockdown) dilakukan lebih awal, tetapi sekarang saya pikir angkanya meningkat begitu cepat, kecuali benar-benar ada skala pembatasan sosial nasional yang serius,”katanya.

Saat ini, pemerintah Inggris memiliki tiga level waspada virus corona di kawasan, yakni, medium (level pertama), tinggi (kedua), sangat tinggi (ketiga).  Dalam level ketiga waspada, pertemuan antarkeluarga dilarang, bar dan pub harus tutup, resepsi pernikahan tak diizinkan dan perjalanan keluar masuk wilayah dihindari.  Namun, kebijakan ini belum bisa menghentikan laju penularan virus corona di Inggris.

Sementara itu, di Indonesia, juga memiliki peraturan serupa yang diatur oleh kepala daerah masing-masing memperhatikan kebutuhan dan level penularan.  Selain peraturan pembatasan sosial, pemerintah juga memiliki kebijakan penerapan protokol kesehatan gerakan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumuman. Kampanye ini diyakini bisa mengurani risiko penularan virus hingga 85 persen.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan