Vaksin Sputnik V asal Rusia Diklaim Efektif Cegah Covid-19 Hingga 92%

ANTARA FOTO/REUTERS/Rospotrebnadzor Federal Service for Surveillance on Consumer Rights Protection and Human Wellbeing/Handout /HP/dj
Botol berisi vaksin virus corona (COVID-19). Rusia mengklaim vaksin buatan Spunik V efektif mencegah Covid-19 hingga 92%.
12/11/2020, 10.32 WIB

Perusahaan Rusia, Sputnik V, mengklaim vaksin buatannya efektif menangkal Covid-19 hingga 92%. Namun, hal tersebut hanya berdasarkan hasil uji klinis tahap kedua.

Uji klinis vaksin virus corona seharusnya melewati praklinis dan uji klinis tiga tahap. Hal itu penting untuk memastikan vaksin aman digunakan oleh manusia.

Namun, Rusia tengah berupaya mengimbangi pembuat vaksin di negara Barat. Terlebih lagi Pfizer Inc dan BioNTech telah merilis data efektivitas vaksin lebih dari 90% pada Senin (9/11).

Para ahli menyebut data dari Rusia mendorong dan memperkuat gagasan pendemi dapat dihentikan dengan vaksin. Namun, mereka memperingatkan bahwa hasil tersebut hanya berdasarkan uji klinis pada sejumlah kecil relawan yang terpapar Covid-19.

Analisa itu berdasarkan hasil uji klinis yang mendapatkan 20 relawan terpapar virus dan masih diteliti apakah relawan tersebut mendapat suntikan vaksin atau plasebo. Jumlah tersebut sangat rendah dibandingkan uji coba vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech.

Untuk memastikan tingkat kemajuran vaksin, Pfizer bahkan melanjutkan uji coba hingga ditemukan 164 kasus Covid-19 di antara para relawan. "Saya berasumsi ada tekanan politik setelah siaran pers dari Pfizer dan BioNTech awal pekan ini," ujar Wakil Direktur Institut Virologi di Univestias Mainz Bodo Plachter dilansir dari Reuters pada Kamis (12/111).

Sedangkan uji coba vaksin Rusia akan berlanjut selama enam bulan. Meski begitu, Direktur Institut Gamaleya Alexander Gintsburg mengatakan hasil sementara dari uji klinis Sputik V akan dilanjutkan dengan pelaksanaan vaksinasi massal di Rusia dalam beberapa minggu mendatang.

Dia mengatakan setidaknya 1,5 juta orang di Rusia bakal menerima vaksiniasi hingga akhir tahun. Sedangkan hingga saat ini ada 40.000-45.000 orang di Rusia yang telah divaksinasi.

Di sisi lain, Moderna Inc menyatakan pada Rabu (11/11) bahwa pihaknya memiliki cukup data untuk analisis sementara uji coba tahap akhir vaksin Covid-19. Hal itu akan membantu perusahaan menentukan tingkat kemanjuran vaksin. 

Moderna mengatakan informasi tersebut sedang disiapkan dan bakal diserahkan ke dewan pemantauan keamanan uji coba independen, yang akan melihat hasilnya dan membuat rekomendasi. Namun, mereka tidak menyebutkan kapan data tersebut diterbitkan.

Moderna menyatakan uji coba bakal tetap "buta",  di mana peneliti tidak tahu peserta mana yang menerima vaksin atau plasebo. Vaksin akan dianggap berhasil jika sebagian besar dari mereka yang terinfeksi telah menerima plasebo.

Sebelumnya, Pakar Penyakit Menular AS Dr. Anthony Fauci mengatakan Moderna dapat memiliki data dari mana saja antara "beberapa hari" hingga "lebih dari seminggu". Tingkat keefektifan yang tinggi akan masuk akal karena "hampir identik" dengan vaksin eksperimental Pfizer.

“Mungkin tidak 95%, mungkin 90%, atau 96%, atau 89%, tapi itu akan tetap ada,” kata Fauci.

Sejauh ini, belum ada vaksin yang mendapatkan persetujuan secara global. Meskipun beberapa kandidat vaksin, termasuk Moderna, sedang dalam studi tahap akhir. 


Pengembangan Vaksin Bukan Kompetisi

Vaksin yang berhasil dipandang sebagai hal yang penting untuk memulihkan kehidupan dari pandemi corona. Pandemi telah menewaskan lebih dari 1,26 juta orang, menutup bisnis, dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.

Namun, ilmuwan menyuarakan keprihatinan tentang kecepatan pengembangan vaksin, terutama di Rusia. Negara tersebut melaksanakan vaksinasi massal sebelum uji coba penuh untuk menguji keamanan dan kemanjurannya.

“Ini bukan kompetisi. Kami membutuhkan semua uji coba dengan standar setinggi mungkin dan mengikuti kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal itu untuk menghindari pengambilan data yang tidak jelas, ”kata Profesor Imunologi dan Penyakit Menular di Universitas Edinburgh Eleanor Riley pada Kamis (12/11).

Jika uji klinis tidak dilaksanakan dengan benar, Riley khawatir publik akan kehilangan kepercayaan terhadap vaksin. Selain itu, program vaksinasi bisa menjadi bencana bukan memberi manfaat bagi masyarakat.

Oleh karena itu, para ahli memproduksi vaksin setelah melalui uji ketahananya terhadap Covid-19 dalam kelompok usia yang berbeda. Proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang.

Di sisi lain, Satgas Penanganan Covid-19 memastikan keamanan vaksin Covid-19 yang akan digunakan masyarakat. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan vaksinasi Covid-19 di Indonesia haru melalui tahapan uji praklinis dan klinis.

Hal itu untuk memastikan keamanan, efektifitas, dan dosis yang aman."Sehingga risiko yang ditimbulkan vaksin sangat rendah dan manfaat jauh lebih tinggi," ujar Wiku konferensi pers virtual, Selasa (10/11/2020).

Lebih lanjut, Wiku mengingatkan masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan dengan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Ketiga hal tersebut dapat membantu menekan penyebaran Covid-19 sehingga Indonesia dapat segera terbebas dari pandemi corona.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan