Haiti Diguncang Gempa Besar, Korban Meninggal hingga 1.297 Orang

ANTARA FOTO/REUTERS/Ralph Tedy Erol/FOC/sa.
Pemandangan menunjukkan rumah-rumah hancur setelah gempa berkekuatan 7,2 SR di Les Cayes, Haiti, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Ralph Tedy Erol/FOC/sa.
16/8/2021, 07.56 WIB

Jumlah korban tewas akibat gempa bumi di Haiti terus bertambah menjadi 1.297 orang pada Minggu (15/8) waktu setempat. Tim penyelamat yang datang dari sejumlah negara tetangga bergegas menemukan korban selamat sebelum badai tropis melanda negara tersebut.

Seperti diketahui, gempa bumi berkekuatan  7,2 skala Richter mengguncang Haiti pada Sabtu (14/8) yang menghancurkan ribuan rumah dan bangunan. Pusat gempa tersebut berada sekitar 12 km (7,5 mil) dari kota Saint-Louis du Sud, kata Survei Geologi AS (USGS). Namun, getarannya bisa dirasakan di ibukota padat penduduk Port-au-Prince, yang berjarak sekitar 125 km jauhnya, dan di negara-negara tetangga.

Haiti sebenarnya masih berjuang untuk bangkit usai gempa besar yang terjadi 11 tahun yang lalu.  Pada Januari 2010, negara yang  berada Kepulauan Karibia tersebut diguncang gempa 7 skala Richter yang menewaskan sekitar 316 ribu orang.

Gempa yang terjadi akhir pekan lalu juga semakin menambah kisah duka Haiti pada tahun 2021 karena mereka baru saja kehilangan presidennya. Presiden Haiti Jovenel Moise ditembak mati oleh kelompok bersenjata pada 7 Juli.

Korban gempa Haiti diperkirakan akan terus bertambah. Dilansir dari BBC, pejabat setempat melaporkan, sejumlah orang masih dinyatakan hilang dan 5.700 orang terluka.  Adapun, kawasan yang paling terdampak dari gempa dahsyat ini berada di barat daya Haiti, terutama di wilayah di dalam dan sekitar kota Les Cayes.

“Jalan-jalan dipenuhi dengan teriakan. Orang-orang mencari keluarganya atau sumber daya seperti air dan bantuan medis,” kata Kepala gereja Anglikan di Les Cayes Archdeacon Abiade Lozama, dikutip dari BBC, Senin (16/8).

Di Les Cayes, sebuah kota pinggir laut berpenduduk sekitar 90.000 orang menjadi yang paling parah. Tim penyelamat dengan topi merah dan baju terusan biru terus menarik korban tewas dari puing-puing bangunan, sementara ekskavator mekanis kuning di dekatnya membantu memindahkan puing-puing.

"Kami harus bekerja sama untuk memberikan tanggapan yang cepat dan efektif terhadap situasi yang sangat serius ini," kata Perdana Menteri Haiti Ariel Henry, yang terbang ke Les Cayes.

Ia mengumumkan keadaan darurat selama sebulan dan mendesak penduduk untuk saling menunjukkan solidaritas. Ia mengatakan, bahwa yang paling penting saat ini adalah memulihkan sebanyak mungkin orang yang selamat di bawah reruntuhan.

"Kami telah mengetahui bahwa rumah sakit setempat, khususnya di Les Cayes, kewalahan dengan orang-orang yang terluka," ujar dia.

Kepala Badan Perlindungan Sipil Haiti Jerry Chandler mengatakan, setidaknya ada 1.500 rumah di Les Cayes telah hancur total dan 3.000 lainnya mengalami kerusakan.

"Di Nippes, ada 899 rumah hancur dan 723 rumah rusak. Sementara di departemen Grande'Anse, 469 rumah hancur dan 1.687 rumah rusak," tambahnya.

Negara-negara terdekat, termasuk Republik Dominika dan Meksiko, bergegas mengirim makanan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan melalui udara dan melintasi perbatasan darat Haiti.

Amerika Serikat (AS) juga sudah mengirimkan pasokan vital dan mengerahkan 65 orang tim pencarian dan penyelamatan perkotaan dengan peralatan khusus, kata Samantha Power, administrator United States Agency for International Development (USAID).

Dari Vatikan, Paus Fransiskus mendesak masyarakat internasional untuk segera menunjukkan dukungan terhadap Haiti. "Semoga solidaritas dari semua orang meringankan konsekuensi dari tragedi itu," katanya kepada para peziarah dan turis pada pemberkatan hari Minggu di Lapangan Santo Petrus.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi