Cina Bantah Akan Ambil Alih Pangkalan Bagram di Afganistan

ANTARA FOTO/Staff Sgt. Brandon Cribelar/U.S. Marine Corps/Handout?via REUTERS/AWW/djo
Warga yang dievakuasi dari Afghanistan menaiki pesawat militer dari Kabul, Afghanistan dalam foto yang diambil pada Kamis (19/8/2021), di lokasi tak disebutkan dan dirilis pada Jumat (20/8/2021). ANTARA FOTO/Staff Sgt. Brandon Cribelar/U.S. Marine Corps/Handout?via REUTERS/AWW/djo
8/9/2021, 16.43 WIB

Pemerintah Cina membantah akan mengambil alih pangkalan militer Amerika Serikat di Bagram, Afganistan

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin menegaskan Beijing tidak dalam sedang dalam pembicaraan dengan Taliban untuk menggunakan pangkalan udara yang ditinggalkan militer AS tersebut. Keberadaan Bagram memang strategis sebab telah menjadi markas tentara Amerika selama menjalankan misi di Afganistan.

“Ini jelas-jelas informasi yang keliru,” ujar Wenbin seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu (8/9).

Dalam keterangan lebih lanjut, Tiongkok mengklaim akan menghormati kedaulatan dan independensi Afganistan di bawah rezim Taliban. Beijing juga menegaskan tidak berminat membangun pangkalan militer di luar teritori negaranya. 

Isu langkah Cina tersebut bermula dari pernyataan mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley. Dalam wawancaranya dengan Fox News, Haley menegaskan Pemerintah AS harus mengawasi Tiongkok yang berpotensi menduduki pangkalan militer Bagram.

“Saya rasa mereka [Cina] akan membuat pergerakan di Afganistan dan memanfaatkan Pakistan agar bisa memiliki posisi lebih kuat terhadap India,” ujarnya.

Pangkalan Bagram yang sudah 20 tahun dipakai militer AS dikosongkan pada 2 Juli 2021. Fasilitas militer itu kemudian diambil alih oleh Taliban. Bagram yang berlokasi sekitar 45 kilometer dari Kabul dilengkapi dengan landasan pacu, rumah sakit, dan penjara yang bisa menampung ribuan orang.

Rumor keinginan Cina memiliki pangkalan militer di Afghanistan sebenarnya bukan perkara baru. Isu ini sudah berhembus sejak 2018 ketika Beijing ditengarai sedang membangun camp di wilayah Wakhan. Saat itu, Beijing juga membantah kabar tersebut. 

Sementara itu, jajaran kabinet baru Taliban menuai kontroversi setelah mengangkat sejumlah buronan AS sebagai jajaran menteri. Salah satunya adalah Sirajuddin Haqqani, putra pendiri jaringan Haqqani yang diberi label kelompok teroris oleh Washington.

Sirajuddin yang diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri merupakan salah satu orang yang paling dicari FBI karena keterlibatannya dalam serangan bunuh diri dan hubungannya dengan Al Qaeda.