Direktur Jenderal WHO: Menemukan Asal Usul Covid-19 jadi Keharusan

ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/nym.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan pandangannya pada sesi kedua KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022).
12/3/2023, 18.57 WIB

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan komitmen lembaganya untuk terus berusaha menemukan asal usul COVID-19, yang telah membuat dunia diliputi pandemi dalam tiga tahun terakhir.

Menurutnya, komitmen untuk menemukan asal-usul penyakit tersebut menjadi keharusan ilmiah untuk membantu mencegah wabah di masa depan, serta kewajiban moral, demi jutaan orang yang meninggal serta mereka kini hidup dengan gejala long COVID.

Melalui akun Twitter pribadinya, Tedros mengatakan eksplorasi terhadap semua hipotesis harus tetap dilakukan. Cuitan ini juga menandai tiga tahun perjalanan pandemi, setelah terungkap pertama kali di Wuhan, Cina.

"Lebih dari 3 tahun dalam keadaan darurat #COVID19, terlalu banyak nyawa yang hilang. Terlalu banyak orang yang masih menderita," tulisnya Minggu (12/3).

Tedros pun memastikan pihaknya tidak akan pernah berhenti menuntut akses yang adil terhadap alat-alat yang dapat menyelamatkan jiwa.

Dalam cuitnya ini, Tedros juga merenungkan minggu pertama COVID-19, dengan mengungkit dua momen yang cukup menonjol dalam perjalanan WHO selama terjadinya pandemi.

"30 Jan 2020: @WHO membunyikan alarm tertinggi, 11 Mar 2020: kami menganggap wabah ini sebagai pandemi," tulis Tedros.

Menyitir laporan Reuters, para ativis, politisi, dan akademisi melalui surat terbuka yang disampaikan akhir pekan ini, menyatakan fokus peringatan pandemi harus kepada pencegahan terulangnya peristiwa pembagian vaksin COVID-19 yang tidak merata. Mereka menyebut hal ini menyebabkan setidaknya 1,3 juta kematian yang seharusnya dapat dicegah.

Pada 2021, tim yang dipimpin WHO telah memasuki Wuhan, untuk melakukan penelitian di mana kasus manusia pertama dilaporkan. Pada laporan bersama disebutkan bahwa virus tersebut mungkin telah menular dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain, tetapi memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan.

Sejak itu, WHO telah membentuk kelompok penasehat ilmiah tentang patogen berbahaya, tetapi belum mencapai kesimpulan tentang bagaimana pandemi dimulai.

Berdasarkan data WHO, hingga Selasa (7/3) lalu, jumlah kasus terkonfirmasi telah mencapai 759 juta. Dari jumlah tersebut, hampir 7 juta orang tercatat meninggal dunia. Sementara jumlah vaksin yang terdistribusi telah mencapai 13 miliar dosis.

Di Indonesia, hingga kemarin (12/3), Satgas COVID-19 mencatat jumlah terkonfirmasi telah mencapai 6,7 juta, dengan 6,5 juta di antaranya telah sembuh. Sementara 160 ribu orang tercatat meninggal akibat penyakit ini.

Mengenai penyebaran vaksin, 212 juta orang telah menerima vaksin dosis pertama, 175 juta orang mendapatkan dosis kedua, dan 68,6 juta orang telah menerima dosis ketiga atau booster.