Israel menggempur daerah kantong Palestina di Gaza dan menewaskan ratusan orang pada hari Minggu (8/10). Sebelumnya, kelompok Hamas dilaporkan telah menewaskan 700 warga Israel dan menculik puluhan lainnya,
Dikutip dari Reuters, amukan pejuang Hamas di kota-kota Israel pada hari Sabtu adalah serangan yang paling mematikan sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur 50 tahun yang lalu. Hal itu mengancam akan memicu konflik yang tidak pernah berakhir lagi.
Israel kemudian membalas dengan serangan udara yang menghantam blok perumahan, terowongan, masjid dan rumah pejabat Hamas di Gaza. Serangan tersebut menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk 20 anak-anak.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan akan melaukan balas dendam yang besar.
“Harga yang harus dibayar oleh Jalur Gaza akan sangat berat dan akan mengubah kenyataan dari generasi ke generasi,” kata Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, di kota Ofakim.
Tidak Ada Tempat bagi Warga Gaza Mengungsi
Di sisi lain, Al Jazeera melaporkan tidak ada tempat bagi warga Gaza untuk mengungsi di tengah pemboman Israel
Serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 400 orang dan merusak sejumlah bangunan tempat tinggal di Jalur Gaza, Palestina, yang terkepung.
Di Kota Gaza, pesawat udara Israel menghantam gedung 11 lantai di lingkungan Al-Nasr yang dihuni sekitar 80 keluarga. Serangan tersebut menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal.
Mohammed Salah, dari lingkungan Beit Lahia di utara Gaza, mengatakan dia meninggalkan rumahnya dan berlindung di sebuah sekolah yang dikelola PBB bersama keluarga-keluarga lain. Salah pergi dari daerah yang dia sebut sebagai “pengeboman tanpa pandang bulu” oleh Israel.
“Tadi malam, pesawat Israel secara acak mengebom daerah kami. Situasinya sangat berbahaya, jadi saya meninggalkan rumah bersama keluarga lain,” katanya.
Warga GAza lainnya, Youssef Al-Bawab, mengatakan bahwa mereka menerima peringatan dari pasukan Israel pada pukul 17.00 waktu setempat untuk mengevakuasi rumah mereka. Dia tinggal di sebuah bangunan di seberang Menara Al-Watan,
“Kami merasa sangat ketakutan. Menara ini hanya berjarak beberapa meter dari kami dan merupakan menara sipil. Kami tidak melihat adanya aktivitas perlawanan seperti yang diklaim Israel," ujarnya.
Nasib WNI di Gaza
Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania, mengatakan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban setelah pecahnya konflik antara Palestina dan Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (7/10).
"KBRI Amman telah melakukan koordinasi dengan simpul-simpul masyarakat di Gaza dan dipastikan sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban," demikian dikutip dari keterangan resmi KBRI Amman seperti disampaikan Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri.
Saat ini KBRI Amman telah mengeluarkan imbauan kepada WNI yang berada di wilayah tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari titik konflik. Selain itu, KBRI mengimbau para WNI untuk tidak melakukan kunjungan wisata ke wilayah tersebut.
Berdasarkan catatan KBRI, jumlah WNI yang berdomisili di wilayah Gaza adalah sebanyak 13 orang. KBRI Amman juga telah menyiagakan Hotline dengan nomor +962 7 7915 0407.