Presiden Prancis Macron Ingin Bentuk Koalisi Internasional Lawan Hamas

ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengusulkan agar koalisi internasional yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah memperluas cakupannya dengan menyertakan perang melawan kelompok Hamas di Gaza, Palestina.
Penulis: Hari Widowati
25/10/2023, 11.14 WIB

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengusulkan agar koalisi internasional yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah memperluas cakupannya dengan menyertakan perang melawan kelompok Hamas di Gaza, Palestina.

Macron tidak memberikan rincian tentang bagaimana koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dan beranggotakan puluhan negara, di mana Israel tidak termasuk di dalamnya, dapat terlibat. Namun, para penasihatnya mengatakan bahwa partisipasi koalisi tidak selalu berarti turun ke lapangan. Partisipasi juga dapat mencakup pembagian informasi intelijen.

Saat berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem, Macron menekankan bahwa Prancis dan Israel memiliki kesamaan dalam menempatkan terorisme sebagai "musuh bersama".

"Prancis siap untuk koalisi internasional melawan Daesh di mana kami ambil bagian dalam operasi di Irak dan Suriah juga untuk memerangi Hamas," kata Macron, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (24/10). Macron, yang memperingatkan akan risiko konflik regional, juga mengatakan bahwa perang melawan Hamas harus dilakukan tanpa belas kasihan tetapi bukan tanpa aturan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak langsung mengomentari usulan Macron ini. Namun, ia mengatakan peperangan melawan Hamas merupakan pertarungan antara "poros kejahatan" dan "dunia yang bebas". "Peperangan ini bukan hanya pertarungan kami, ini adalah pertarungan semua orang," ujar Netanyahu.

Koalisi yang dipimpin oleh AS untuk melawan ISIS dibentuk pada September 2014. Macron mengatakan ia mendapatkan inspirasi dari koalisi tersebut dan Prancis bersedia untuk berdiskusi dengan Israel dan para mitra tentang apa yang dapat dilakukan untuk melawan Hamas.

"Koalisi internasional melawan ISIS tidak membatasi diri pada operasi di lapangan, tetapi juga terlibat dalam pelatihan pasukan Irak, berbagi informasi di antara para mitra, dan memerangi pendanaan terorisme," katanya.

Namun, untuk menjaga keseimbangan, Macron juga bertemu dengan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas di kota Tepi Barat, Ramallah. Dalam pertemuan tersebut, ia mengatakan bahwa serangan Hamas tidak hanya traumatis bagi Israel, tetapi juga merupakan bencana bagi rakyat Palestina.

"Nyawa seorang warga Palestina sama dengan nyawa seorang warga Prancis, dan sama dengan nyawa seorang warga Israel," kata Macron, mengulangi perlunya solusi dua negara agar warga Palestina tidak mengikuti propaganda Hamas.

Abbas mengatakan bahwa suara Prancis dihormati di wilayah tersebut. Ia menyerukan penghentian segera "agresi" di Gaza dan perlindungan bagi warga Palestina.

Namun, beberapa pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Ramallah untuk berdemonstrasi menentang kunjungan Macron dan membakar foto-foto Macron. "Macron, hentikan dukungan Anda terhadap Israel," demikian bunyi salah satu spanduk.

Tiga puluh warga negara Prancis dibunuh oleh kelompok pejuang Hamas dalam serangan mereka ke Israel selatan pada 7 Oktober, di mana lebih dari 200 orang ditangkap dan 1.400 orang tewas. Kementerian Kesehatan Palestina juga mengatakan serangan udara Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 5.000 orang sejak saat itu.