Israel melarang distribusi bahan bakar masuk ke wilayah Gaza. Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menegaskan bahan bakar tidak boleh masuk Gaza apa pun keadaannya. Sebelumnya, Israel juga diduga akan memindahkan jutaan warga Palestina yang berada di Gaza.
"Gaza akan berada dalam kendali Israel setelah perang," kata Smotrich seperti dilaporkan Channel 12, dikutip Antara, Minggu (5/11). Dia mengungkapkan hal ini tanpa menjelaskan lebih jauh.
Hal ini menguatkan dugaan bahwa Israel ingin mengambil alih Gaza, setelah sebelumnya Israel berencana memindahkan jutaan warga Gaza ke Mesir.
Tidak hanya mencegah bahan bakar dan listrik masuk Gaza, Israel juga membatasi dengan ketat pasokan air, makanan dan obat-obatan sejak mulai konflik pada 7 Oktober.
Bulan Sabit Merah Palestina pada Sabtu (4/11), mengatakan awak-awaknya menerima 47 truk pada Jumat melalui pintu lintas batas Mesir-Jalur Gaza di Rafah. Truk-truk itu berisi bantuan, sementara bahan bakar masih tidak dibolehkan masuk ke kantong wilayah Palestina tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi internasional sebenarnya telah memperingatkan kekurangan bahan bakar bakal berdampak negatif, terutama di rumah sakit-rumah sakit, yang memerlukan bahan bakar untuk menjalankan generator setelah bulan lalu aliran listrik terputus.
Rumah Sakit Indonesia di Gaza pun harus padam karena tidak memiliki bahan bakar untuk generator listriknya. Kekurangan bahan bakar membuat sejumlah rumah sakit, toko kue dan mesin pompa air minum tidak dapat beroperasi, sehingga meningkatkan bencana kemanusiaan di kantung Palestina yang diblokade ini.
Para pejabat PBB berulang kali mendesak Israel agar membolehkan bahan bakar masuk Jalur Gaza dan menekankan bahwa rumah sakit tidak bisa menjadi bagian dari peperangan. Sekjen PBB Antonio Guterres berulang kali menekankan perlunya makanan, bahan bakar dan air dikirimkan segera dan cepat ke Jalur Gaza.
Namun, Israel tak menghiraukan seruan tersebut. PBB pada 27 Oktober lalu mengatakan bahwa Israel secara terang-terangan menolak pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza utara, di mana sekitar 300.000-400.000 orang masih terlantar.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan konflik Palestina-Israel telah menewaskan lebih dari 10.800 orang, termasuk 9.227 warga Palestina. Pengepungan Jalur Gaza oleh Israel juga telah membuat pasokan kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan obat-obatan semakin menipis.